Cerita di Penghujung Oktober
November 03, 2021
Langit
masih terlihat memancarkan rona merah, mata yang masih terasa berat untuk
melihat sekitar, rupanya berusaha melawan udara yang menyapu kulit dengan
tenang nan sejuk. Cerita semalam masih hangat di dekap ingatan, waktu tidur ku
tak lebih dari tiga jam. Semoga saja tak terjadi apa-apa nanti, selebihnya aku
mempersiapkan diri untuk menyapa hari dengan semangat dan doa.
***
Aku
tiba di salah satu dermaga penyebrangan Speedboat
ke ibu kota provinsi yakni, Sofifi. Ketika menatap arloji yang ku kenakan, aku
telah tiba pada waktu yang di tentukan, pukul 07:00 WIT. Aku pun menatap Smartphone dan mulai mengetik pesan
singkat dan mengirim dengan lekas pada tim Safari Literasi, bahwa aku telah
tiba di dermaga, sesuai kesepakan akan keberangkaatan kami.
Aku
melaksanakan sarapan seorang diri sambil menunggu kedatangan beberapa orang
yang hendak bersama ku menyebrangi lautan yang terhampar di depan mata ku.
Asupan nutrisi pun terus melaju menuju lambung, aku pun menatap langit yang
tampak cerah dan gelombang air laut yang sedikit terlihat tenang. Ketika usai
menyantap sarapan, dari kejauhan aku menangkap sosok yang ramah dengan senyum
khas Pak Kadis Perpus Provinsi Malut (Maluku Utara) ini, ia melambai pada ku
sembari melempar senyum hangat, aku pun membalas senyuman tersebut. Ketika
memulai percakapan tentang agenda Safari Literasi kedua ini, kami menunggu salah
seorang tim untuk project ke Halut
kali ini, yaitu Kak Hairil, salah satu jurnalis dari Posko Malut dan juga merupakan direktur media Publika Malut, yang mana
dapat mengawal kegiatan Safari ke beberapa TBM (Taman Baca Masyarakat) di
kabupaten Halmahera Utara.
***
Mobil
yang kami tumpangi berisikan tiga orang, diantaranya aku, Pak Kadis, Bang Cecep
yang merupakan ketua Forum TBM dan juga Kak Hairil serta masih ada dua mobil
Perpus Keliling dan satu mobil yang ditumpangi oleh tiga orang pegawai dari
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Malut. Dengan berbagai perbekalan
yang telah disediakan oleh masing-masing orang dalam tim, kami pun melaju
membelah jalan lintasan Halmahera Utara, dari ibu kota provinsi Malut.
Melintasi
jalanan yang terhampar luas pepohonan yang menghijau dengan pancaran mentari
yang terlihat kontras, tanah yang merah dipenuhi tumbuhan yang terlihat tegar
dengan warna yang hijau dan proses fotosintesis yang kian berlangsung di tempat
ini. Musik pun terus di mainkan oleh
pengeras suara mobil menemani perjalanan yang cukup panjang ini. Percakapan
diantara kami terus mengalir tak lekang pula lelucon yang memacu gelak tawa
diantara kami.
***
Mobil
yang ku tumpangi bersama tiga orang lainnya, mulai menepi, mobil tim yang lain
pun ikut menepi. Kami pun tiba di salah satu TBM yang pertama diantara TBM
lainnya yang dimulai dari awal jalan lintasan Halut yang kami dapati yakni, TBM
“Soloi”.
Ketika
mobil berhenti, langkah kaki pun mulai berjalan kea rah bangunan sederhanan
yang terlihat anggun, disana telah hadir Kak Apul yang merupakan salah seorang
pegiat literasi yang hadir pada pekan lalu di Literasi Pustaka Kastela. Kak
Apul adalah salah satu pegiat literasi yang memiliki semangat begitu dahsyat,
aku pun kalap dalam mendeskripsikan semangat beliau melalui tulisan-tulisan ku.
Semoga Tuhan membalas segala peluh dan niat baiknya, Aamiin.
TBM
Soloi ini merupakan satu-satunya di desa Makaeling, Kec. Kao Teluk, Kab. Halut
yang menjadi pusat perkumpulan anak-anak hingga remaja dan orang dewasa untuk
belajar dengan niat membangun peradaban di desa tercinta ini. TBM ini gagas
oleh pemuda desa yang memiliki kepedulian dan semangat serta niat yang tulus
untuk generasi muda yang tumbuh di tempat ini, para pemerintah desa pun
mendukung hal ini, dengan partisipasi yang dilakukan serta kehadirannya saat
kami berkunjung. Wajah-wajah anak-anak yang ikut mewarnai kedatangan kami,
merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap kami secara tidak langsung, senyum di
bibir mereka begitu bersahaja, sorot mata yang penuh cinta dan gerak tubuh yang
begitu semangat. Ah, betapa ini merupakan healing terbaik, menjumpai anak-anak
desa dengan semangat yang melampaui tempat ini.
dok pribadi/Nia
Para
pengurus, pemuda serta perwakilan dari pemerintah desa menyambut kami dengan
hangat, percakapan antar pihak kami dan pemuda serta pemerintah desa kian
mengalir, beberapa hambatan dan keluhan, jatuh bangun yang di hadapi pihak TBM
Soloi di lalui dengan berbagai sudut pandang, dan pada akhirnya dapat dilerai
hingga saat ini, TBM Soloi masih berdiri dan menjadi wadah intelektual bagi
masyarakat sekitar. Tak lupa pula, dari pihak Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
tengah memberi saran untuk pengadaan bantuan pada TBM Soloi dengan senang hati
menanti proposal yang dapat di ajukan oleh pihak TBM Soloi.
Setelah
melakukan pertemuan yang berlangsung kurang lebih dua jam ini, kami pun
melanjutkan perjalanan menyambangi TBM selanjutnya di lintasan jalan Halut ini.
Bersama Kak Apul, kami pun melaju menuju desa Tiowor. Sebuah desa yang berada
di Kec. Kao Teluk ini memiliki sebuah TBM yang mana mereka memberdayakan sebuah
bangunan kecil yang terletak di depan jalan utama dari pangkalan ojek awalnya.
Bangunan sederhanan ini memiliki beberapa buku yang disediakan, dari hasil
sumbangan para pengurus dan masyarakat sekitar yang memiliki kepedulian akan
tumbuh kembang TBM ini. Ketika kedatangan kami seorang pengurus bersama Kepala
Desa Tiowor. Kepala desa begitu antusias untuk mengawal TBM ini sebagai ujung
tombak peradaban yang dimulai dari desa.
Pertemuan
ini diharapkan dapat mendorong kelanjutan usia TBM ini, yang mana TBM di desa
Tiowor ini memiliki nama TBM Mode Tapso Kreatif. Di sini, para pengurus rutin
mengajak anak-anak dan para remaja desa Tiowor untuk belajar bersama, dengan
beberapa metode yang telah dilakukan sejauh ini. Senang rasanya dapat menyentuh
langsung TBM yang jauh ini, akhirnya kami dapat mentrasformasikan beberapa hal
yang diharapkan dapat membantu, pun terlebih dari pihak Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Malut turut menyambangi TBM ini, membangun dari Desa.
***
Perjalanan
kami pada dua TBM ini telah membawa kami pada waktu sholat dzuhur, dan juga
telah memasuki waktu makan siang. Udara terasa lebih menyengat akibat kerasnya
pancaran mentari yang menjumpai hamparan pegunangan yang tak banyak disinggahi
pepohonan. Kami memilih untuk beristirahat di salah satu rumah makan yang tak
jauh dari desa Tiowor.
Ketika
usai melakukan makan siang bersama, kami melanjutkan perjalanan menuju TBM Satoemama, yang mana di pandu langsung oleh
pengurus TBM tersebut yakni, Kak Apul. Melewati pegunungan yang terhampar
tumbuhan yang terlihat anggun nan hijau di terpa angin. Mobil terus melaju
melintasi jalanan, terkadang terdapat jalanan yang cekung, cembung dan
tikungan. Perjalanan ke TBM Satoemama
memiliki jarak yang lebih jauh karena, berbeda kecamatan dengan TBM sebelumnya.
TBM
Satoemama merupakan TBM yang berdiri di desa Mailoa, Kec. Malifut, Kab. Halut.
TBM ini bertempat tepat di kediaman Kak Apul. TBM yang memiliki koleksi buku
cukup banyak untuk tingkatan Taman Baca, dengan berbagai judul menarik dan
kajian yang tengah dilakukan pun tak biasa namun, luar biasa. TBM Satoemama pun
memiliki lapak baca yang juga dilakukan diskusi setiap malam minggu di Poros
Jln. 40 Sofifi atau yang di kenal sebagai ibu kota provinsi.
Kedatangan
kami tengah disambut oleh sekelompok remaja yang sering belajar di tempat ini,
dengan berbagai jamuan, mulai dari kopi, the dan aneka jajanan yang tersedia,
terik mentari dan semilir angin berlomba-lomba menyulut rasa kantuk, kopi masih
menjadi pilihan saat ini, selain alasan untuk mengusir rasa kantuk, atas nama
cinta, kopi adalah rasa yang tak terkalahkan oleh apapun.
Perbincangan
bersama pengurus TBM Satoemama, Kak Apul tengah berlangsung khusyuk,
pemandangan yang begitu cinta, taburan buku-buku yang tertata rapi pada beberapa
rak yang ditempel pada dinding bangunan TBM Satoemama, monitor dan sound yang
sering digunakan untuk melatih anak-anak membaca puisi, pun berlatih teater.
***
Ketika
mentari telah bergeser dan memasuki sore hari, kami pun bergegas ke arah ibu
kota kabupaten, yakni Tobelo. Mobil dipacu lebih, hal ini memacu adrenalin
pula, rona merah tengah menyambut kedatangan kami di kota ini. Kota dengan
penuh kenangan pun cinta akan kebersamaan bersama keluarga. Selalu ada alasan
untuk kembali ke tempat ini.
Kami
berhenti pada salah satu SPBU untuk mengisi bahan bakar mobil, dan
mempersiapkan diri untuk beristrahat ke salah satu hotel dan melanjutkan safari
pada esok hari. Sesuai dengan jadwal, kami akan melakukan kunjungan ke Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan serta Sekolah Menengah Atas (SMA). Bumi telah
berotasi memasuki penumbra, langit tampak hitam pekat. Udara pun terasa lebih
dingin dan menyapu kulit dengan lembut.
Jarum
jam terus melaju, tanpa disadari kami telah memasuki waktu makan malam. Kami
pun melaksanakan makan malam bersama di sebuah rumah makan yang tidak jauh dari
hotel tempat kami beristirahat. Seusai makan malam, kami pun kembali ke hotel
beriringan, menikmati atmosfir udara malam dengan suasana yang berbeda, semilir
angin masih terus menyapu kulit dengan lembut, membelai ubun-ubun dengan sepi.
***
Badan
ini terasa letih namun, lebih sulit terlelap lebih awal. Mungkin disini bukan
tempat biasa menghabiskan malam. Ini adalah syndrome
setiap aku menemui tempat baru, termasuk
di hotel ini. Beberapa hal tentang kelanjutan Safari Literasi yang direncanakan
tengah diperbincangan bersama Pak Kadis, dengan niat upaya mencerdaskan anak
dari desa, sebuah pembangunan intelektual yang patut di apresiasi, aku pun
menyambut dengan riang beberapa rencana dengan merangkul para TBM yanga ada di
provinsi Malut ini.
Malam
terus melaju dan kemudian menjemput pagi, aku terbangun pada pukul 05:30 WIT,
aroma tanah yang hangat melebur dalam bronchus,
udara dingin yang mulai mendekap perlahan tanpa suara, alunan musik yang
berasal dari smartphone, hinggap pada
telinga yang pernah disinggahi janji. Aku pun memilih terlelap sejenak sambil
menikmati pagi yang sunyi.
***
Sarapan
bersama 4 orang teman telah selesai, waktunya kami bersiap untuk melanjutkan
misi safari, bersama Pak Kadis, Pak Kabid serta ketum forum TBM yakni, Bang
Cecep. Dua mobil Perpustakaan keliling
akan melakukan pelayanan ke SMA Negri 1 Halut, SMA Kristen dan MTS serta MA.
Dengan
mempersiapkan segala perlengkapan yang dibawa, kami pun membereskan segala
barang bawaan ke dalam mobil masing-masing. Perjalanan ke Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan pun dimulai.
Ketika
memasuki Dinas Kearsipan, para pegawai menyambut kami dengan ramah dan senyum
yang memenuhi wajah mereka. Kami pun melangkah menuju ruang Perpustakaan,
dimana di sana terdapat dua orang pegawai lainnya. Seorang pegawai menyampaikan
bahwa Pak Kadis Perpustakaan dan Kearsipan sedang berada di luar, dimohon untuk
menanti sejenak. Kami pun mengintari ruang perpus sembari membaca beberapa
buku-buku yang tersedia.
Tidak
lama kemudian, Pak Kadis perpustakaan Halut pun tiba, kami pun diajak ke
ruangan beliau, beberapa maksud dan tujuan Safari Literasi disampaikan oleh Pak
Kadis, sembari memperkenalkan kami satu per satu. Pak Kadis Perpustakaan Halut
pun menyambut hangat niat baik kami, beliau mulai menguraikan kegiatan dan
penantian mereka akan pembangunan gedung kantor Perpustakaan dan Kearsipan Halut
yang masih dalam tahap pembangunan.
***
Setelah
mengunjungi Dinas Perpustakaan, kami pun mengakhiri Safari dengan mengunjungi
MTs dan MA, dimana kami melakukan kunjungan ke area perpustakaan hingga ke
ruang kelas dan lab komputer. Kedua mobil Perpustakaan keliling pun melakukan
pelayanan di MTs dan MA ini, para siswa-siswi antusias dan bergembira menyambut
kedatangan mobil Pusling ini, beberapa anak membentuk kelompok dan membaca buku,
sementara lab komputer tengah diisi oleh siswa SD yang melaksanakan ujian.
Setelah
melakukan kunjungan, waktu sholat dzuhur telah tiba, Pak Kadis bersama para
guru dan juga Pak Kabid, melaksanakan sholat bersama di musholah MTs. Seusai
sholat, kami pun melanjutkan perjalanan ke Desa Kao.
***
Dari
kejauhan aku melihat mobil Literasi milik TBM Satoemama tengah melaju dan
menanti kami di persimpangan jalan ia pun memandu jalan menuju sebuah kedai
yang hendak di launching. Tak hanya
mampir dan meneguk kopi, disini tengah di sajikan makanan khas lokal yakni,
Sagu yang dicampur gula merah, cita rasa yang luar biasa, dipadukan dengan kopi
hitam. Tak luput pula oleh-oleh yang disediakan oleh Kak Apul, yang merupakan kerajinan
tangan yang berasal dari tempurung kelapa.
***
Ketika
jarum jam menunjukan kea rah pukul 16:20 WT, kami pun bergegas meninggalkan
desa Kao karena, harus menyebrang melalui desa Sidangoli ke Ternate. Perjalanan
kami di warnai oleh hujan, dan awan hitam yang pekat menyelimuti langit
seketika. Mobil terus melaju, udara yang tak lagi sepanas siang hari, kini
telah berubah dan membelai lembut membawa ke angan-angan untuk terlelap.
Ternate, 28 Oktober 2021
1 comments
It's so good writed ������
BalasHapus