Tahun baru, Usia baru

Januari 17, 2024

 



Tak ada rencana-rencana panjang yang mengikat jiwa seperti dahulu. Ketika menginjakkan kaki di tahun 2024, awal bulan pada tahun baru selalu di sambut dengan bertambahnya usia sebelumnya, aku adalah jiwa yang tak pernah akrab dengan kata-kata penerimaan, berdamai dengan keadaan dan ikhlas. Beberapa dari perjalanan saat ini merupakan hal-hal yang tak pernah ku rencanakan. Sedih? Ya, pasti ada di awal perjalanan di mulai namun, percayalah banyak usaha dan kerja keras yang turut banyak menghabiskan energi dan air mata untuk kerap bertahan sejauh ini. 

 

*** 

 

Tahun 2024, rasanya ada beberapa resolusi sederhana yang mulai hidup pada tahun ini, pun masih sama pada tahun berikutnya, bila masih di pertemukan, dan di izinkan lebih lama di bumi. Dari sekian resolusi yang paling banyak ku ulangi dan ku semai di dalam hati dan kepala adalah; lebih kuat lagi untuk bertahan hidup. Mungkin banyak sudah lelah yang akhirnya ku hempaskan, kecewa yang begitu kalut, sedih yang menemani dan memelukku setiap hari ketika tak ada yang benar-benar menguatkan dan menemani ku setiap hari. 

 

Komunikasi dengan sahabat dan teman-teman yang mulai sepi, sayup-sayup hanya bertukar kabar seadanya, telah jauh dari riuhnya diskusi, jarang beretorika, pun bahan bacaan yang telah beralih ke bentuk digital, obrolan yang semakin jarang dengan orang-orang sekitar; beberapa waktu hanya tentang kerjaan yang mentereng dan kadang menguras emosi dan energi. 

 

Tentang hari-hari yang terasa begitu cepat berlalu, selalu ku sambut pagi dengan hati dan doa yang sama, bahwa hari esok harus tetap semangat, walaupun pekerjaan terus berulang setiap hari hingga menciptakan kebosanan dan tanpa hari libur. Isi tautan dan cerita yang di bagi oleh teman-teman di sosial media kini riuh dengan politik, capres danm cawapres yang menjadi perbincangan hangat penduduk Indonesia, beberapa kerabat ku beradu argument hingga asumsi yang sering menyertai sudut pandang masing-masing. Memang saat ini politik negri ku sedang banyak drama yang di ciptakan, penduduk menjadi penonton dan tokoh-tokoh yang menampilkan lakonnya, sedikit banyak yang melawak dengan identitas yang khas. Aku sedikit terhibur dengan lawakan para tokoh ini, tetapi tidak terlalu mengundang hasrat ku untuk banyak memberi komentar terhadap apa yang di tunjukkan, ada sedikit rasa resah dan risih yang bermunculan, tetapi itu tidak penting untuk di bahas, karena pada akhirnya aku tak sepakat dengan isi kepala bukan personalnya, takut banyak yang menafsirkan dengan sudut pandang yang jauh, haha.

 

Apakah aku kembali merindukan rencana-rencana di masa remaja ku, akan kehidupan dewasa yang berlanjut? Sepertinya tidak ada lagi obsesi tentang hal-hal yang mungkin belum menjadi kebutuhan saat ini, setelah jauh mengenal diri sendiri, fokus pada kebutuhan diri sendiri, sepertinya kehidupan yang di dambakan bagian dari tajuk ambisi dan ilusi yang di paksa hidup dan perlu di capai dengan gamblangnya; apakah itu yang ku butuhkan? Hahaha, tentu tidak.

 

*** 

 

Setelah berada pada usia 25 tahun, yang kini menggandrungi hidup sepertinya ada beberapa hal, yang bisa di bedakan dengan sederhana, hal ini sering aku temui pada beberapa tulisan teman sebaya, maupun cerita secara lisan, apakah ini memang masalah manusia dewasa di usia 25 tahun? Mungkin benar usia di mana tujuan awal pada masa remaja tak semua terealisasi, dan kita butuh yang namanya “penerimaan” atau “berdamai dengan keadaan”.

 

1.     Rencana yang tidak tercapai

Pada usia remaja pada jenjang SMP hingga duduk di bangku perguruan tinggi, setiap orang pasti memiliki renacana akan masa depan seusai kuliah, entah itu membuka usaha, menjadi ASN, pekerja swasta, melanjutkan studi dan lain sebagainya. Beberapa orang dapat berjalan sesuai alur yang di rencanakan, beberapa orang menemukan tawaran yang lebih baik, dan beberapa orang akhirnya menjalani hidup sesuai realita yang membuatnya terbelenggu.

2.      Urusan karir yang tak mulus

Tentang urusan karir, tampaknya kita semua rata-rata menjalani profesi yang tak pernah ada di dalam list kehidupan remaja-dewasa. Bekerja tidak sesuai dengan jurusan atau keilmuan semasa kuliah, tidak terhitung lagi berapa banyak freshgraduate yang melakukan hal itu, termasuk aku. Tetapi, urusan karir yang tidak mulus juga terjadi pada mereka yang bekerja sesuai dengan bidang keilmuan mereka. Selayaknya ujian, hal ini memang tidak bisa di hindari.

3.     Keuangan tidak stabil dan kerap melemah

Untuk urusan ini, waktunya memang tidak menentu namun, di usia 25 tahun ini, silih berganti dengan berbagai alasan, selalu menyeret kita pada kondisi ini, mungkin adalah salah satu ujian yang paling terasa pada usia ini ya teman-teman. Saat usia 25 tahun aku telah terjun ke dunia kerja lebih dari satu tahun, dan masih kerap di rundung masalah keuangan, dan ketika kita sedang berada pada posisi ini, betapa tidak meng-ngenakkannya, ada pertanyaan lucu yang hadir secara spontan “Kerja sudah setahun lebih ini, sudah dapat apa?” haruskah urusan keuangan kita menjadi urusan orang lain juga? Terkadang memang ada manusia dewasa yang berotak labil, layaknya anak remaja, lambat laun aku pun terbiasa dengan pertanyaan bodoh ini, dan tetap sama, aku melabelinya pertanyaan bodoh.

4.     Hidup merasa tidak ada artinya

Apakah kamu pernah merasakan ini di usia 25? Yah, ini masalah umat manusia di usia ini. Aku sering merasa perasaan-perasaan ini bermunculan dan riuh di dalam kepala, entah itu sedang bosan, senang dan sedang tidak memikirkan apapun. Apakah perlu kita meresponnya dengan serius? Yah, semua orang punya cara yang berbeda-beda dalam menyikapi hal ini, aku biasanya membunuh perasaan ini sekejap dengan kesibukan yang dapat meminimalisir kehadirannya. Bersih-bersih kamar, ruang kerja, mencuci benda-benda milik ku yang di anggap cukup kotor dan harus ku bersihkan. Jika kita tidak merespon dengan tepat biasanya hal ini memicu stress karena, tujuan hidup kita seringkali dan memang berubah-ubah, tidak selalu statis, tetapi seringkali dinamis. Misalnya ketika remaja berbeda ketika kita kuliah, kemudian setelah kuliah ada lagi perubahan atas dasar pengalaman, dan pertimbangan-pertimbangan lain.

5.     Setiap hari terasa sama dan bosan

Apakah kalian juga merasakan hal yang sama ? jika ya, berarti kita sedang berada pada usia yang sama, bila tidak, berarti usia mu beranjak namun, perasaan mu masih terpaut pada masa ini. Aktifitas pekerja di lingkungan kerja ku membuat kami melakukan hal yang sama setiap hari, rasa malas untuk memulai aktifitas baru atau berolahraga telah jauh dari semangat semasa kuliah, hal ini membuat ku lebih banyak mengahabiskan waktu di kamar. Perasaan bosan terus memeluk ku setiap hari, hingga pada akhirnya aku merasa setiap hari itu sama. 

 

Usia 25 tahun dengan segala ujiannya, tak terasa saat ini telah sejauh ini aku menginjakkan kaki di bumi, dengan segala petualangan dan pengalaman-pengalaman yang memberi banyak pengetahuan, terlepas dari rencana-rencana yang tidak tercapai, kau percaya rencana Allah jauh lebih baik dan sesuai kebutuhan kita, bukan keinginan kita. 


Tanjung Ulie, 17 Januari 2024

You Might Also Like

1 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts