Keseruan Bermain Ular Tangga
September 19, 2021
MINGGU
suasana pagi masih menyuguhkan mentari yang terang-benderang, seisi kamar ku
telah beradu antara terik mentari dan sinar bolham yang telah menerangi
bangunan ini sejak semalam. Ketika menatap waktu pada smartphone, ah rupanya hari ini aku terbangun lebih lambat dari
biasanya, mungkin pengaruh obat yang ku teguk semalam, sebagai pereda rasa
nyeri dikala periode menstruasi menyergapku dalam emosi dan nyeri yang tak
beraturan.
Pukul
06:40 WIT, merupakan waktu dimana seharusnya semua pekerjaan yang berlangsung
di kamar telah selesai, seperti membersihkan kamar, mencuci baju, memandikan
kedua anak piara, alias Pet, si Allegra dan Nana. Namun, akhir pekan ini, Nana
dan Allegra harus menunda waktu mandi
hingga siang hari.
Pagi
ini lebih melelahkan ketika harus berkejar-kejaran dengan waktu agar tak lebih
lama terlambat untuk bertemu anak-anak di pantai Kastela. Setiap hari minggu,
merupakan hari yang istimewa bagi ku, mulai dari berakhirnya aktivitas yang
banyak menyita waktu, lelah yang menemui akhir dan healing terbaik ketika bertemu anak-anak.
Pertemuan
yang begitu hangat, selain kopi. Pantai, suara burung yang tengah beterbangan,
semilir angin yang berhembus dengan lirih, semua merupakan melodi yang paling
purna dalam rasa yang menuntut pulang. Tempat di pesisir ini, sebagai bukti
bahwa rumah tak harus tentang senang, melainkan tenang.
***
Ketika
berangkat dari indekos milik ku, aku tengah diliputi rasa yang berkecamuk, aku
benci ketika tidak datang tepat waktu, sejak kecil aku memilih untuk tidak
datang jika harus terlambat, bagi ku ini merupakan hal yang paling
menjengkelkan dan sulit memaafkan diri sendiri dikala aku melakukan hal
tersebut. Perjalanan Kalumata-Kastela, pertempuran dalam isi kepala ku, tentu
saja tentang kenapa aku bisa menyepelekan akibat dari obat yang ku teguk,
ditambah mengapa bisa aku tak memikirkan bahwa, aktivitas rutin di kamar cukup
memakan waktu jika di kalkulasi dengan jawal yang harusnya ku tempuh untuk
pergi ke pantai Kastela ini.
Aku
baru saja memasuki area parkiran sepeda motor, tanpa ku sadari Kak Iin tengah
memarkir sepeda motor miliknya tepat di sampingku, aku pun sontak terkaget dan
menyapanya, ahh rupanya sejak di perjalanan tadi aku hanya sibuk dengan
pergulatan isi kepala ku sehingga, aku tak tahu bahwa, kami berada di jalur
yang sama, dan tak memiliki jarak yang jauh. Ahh dasar, aku.
Aku
dan juga Kak Iin, berjalan menuju lokasi dimana kelas Literasi diadakan. Dari
kejauhan, aku melihat sosok lelaki yang tengah sibuk mempersiapkan poster yang
hendak di pajang, buku-buku telah digelar diatas alas yakni, terpal yang
berwarna cokelat yang selalu digunakan setiap minggunya. Aku dan Kak Iin,
tengah disambut oleh senyum khas ala Pak Maulana, seketika mata ku menangkap
sosok tiga orang anak perempuan yang sedari tadi membawa buku dengan khidmat.
Beberapa anak telah merasakan kehadiran kami dan kebiasaan setiap akhir pekan
ini, hingga ada yang tengah menanti diakhir pekan ini kedatangan kami.
Aku
bersama Kak Iin langsung saja bergabung bersama mereka. Dimana mereka meminta
untuk mewarnai gambar, sehingga kami membantu mencari buku-buku yang
menyediakan gambar yang dapat di warnai. Selain tersedia pensil warna, ada beberapa
buku yang menyediakan ruang dimana, gambar masih berwarna putih yang siap di
warna berdasarkan keinganan dan pengetahuan anak.
Proses
mewarnai berlangsung, hingga beberapa anak mulai berdatangan dan bermain di
lapangan bola yang berada di dekat kelas ini. Ketika anak-anak mulai
berdatangan, tanpa ragu dan begitu gesitnya Kak Iin langsung saja bergabung
bersama mereka, pun mengajak mereka untuk bergabung bersama kami, tak
sungkan-sungkan, Kak Iin pun menjadi pendengar setia atas keluh kesah anak-anak
akan dunia pertemanan dan permainan mereka. Wah, rupanya Kak Iin ini memang
layak dilabeli guru BK, ya? Hehe.
***
Beberapa
anak pun antusias bergabung, sebagian memilih untuk mewarnai gambar, membaca
dan ada yang minta dibacakan buku yang pilihnya. Aku yang terbiasa membacakan
buku yang tengah dipilih dan menjelaskan maksud dari tulisan-tulisan tersebut,
memilih untuk membantu membacakan isi buku tersebut. Ketika kami tengah
melakukan aktivitas bersama anak-anak ini, dari kejauhan aku melihat sosok lelaki
yang belum pernah ku lihat sebelumnya, dengan berbincang singkat dengan Pak
Maulana yang berada jauh di tempat duduk yang berada di halaman Dodoku Dive
Center, ia pun langsung berjalan menuju ke arah kami. Sesaat kemudian ia pun
memperkenalkan namanya yakni, Sahrul Mahasiswa prodi Arsitek, Unkhair salah
satu mahasiswa Pak Maulana, yang hendak bergabung menjadi relawan di kelas
pengabdian ini.
Telah
berlangsung kurang lebih tiga jam, kami belajar bersama, mewarnai dan Kak Iin
melakukan Story Telling kepada
anak-anak tentang sejarah benteng Kastela, anak-anak pun terkesima dan kagum
akan wajah kelurahan Kastela pada massa tersebut, beberapa anak menggambarkan
rasa kagumnya melalui wajah yang cenderung sumringah, ada yang tersenyum
simpul, hingga ada yang berusaha menebak beberapa nama dan arti dari Katela
tersebut dengan penuh semangat.
***
Saat
anak-anak tengah membaca buku, mewarnai dan mendengarkan Story Telling, dari kejauhan Pak Maulana bersama seorang perempuan
yang akan menjadi pemandu games pada
hari ini, yaitu Kak Firda salah satu dosen prodi Arsitek, Unkhair. Dengan
membawa instrument permainan yang hendak digelar, anak-anak pun berlarian
menyambut kedatangan Kak Firda dengan riang gembira dan turut membantu menggelar
banner ular tangga yang hendak
digunakan untuk bermain.
Setika
banner dengan ukuran jumbo pun
digelar, dengan gambar ular tangga, anak-anak pun mengerumuni ular tangga
raksasa ini, tak sabar menanti bagiannya untuk bermain, dengan dibantu oleh Kak
Iin, permianan pun dilakukan dengan sistem antri, dimana anak-anak akan kami
arahkan antri dari arah barat ke timur.
dok pribadi/Maulana
Dalam
permainan ini bertujuan untuk mengajarkan anak budaya mengantri, bersabar
menunggu giliran ketika hendak melempar dadu, beberapa tantangan ketika berada
di atas banner dengan melakukan tantangan yang diminta, seperti menyebutkan
angka 1-10 dalam bahasa inggris, melafalkan pancasila dan seterusnya. Semua itu
di desain atas dasar menambah pengetahuan anak serta beberapa filosofi seperti
mengantri dan berlaku adil dalam permainan dalam bentuk permainan ini.
Tanpa
disadari, kami telah memasuki minggu ke-5. Setiap minggunya memiliki cerita
yang berbeda-beda, mulai dari suasananya, prilaku anak-anak ketika merespon
keadaan pun narasumber yang berbeda-beda memberikan dampak keadaan yang berbeda
pula. Pada minggu ini, dimana keseruan bermain anak-anak terlihat berbeda dan
mampu membuat sebagian besar anak meninggalkan permainan bola yang ditekuni
pada waktu-waktu sebelum permainan ular tangga ini digelar.
dok pribadi/Maulana
Belajar
tak harus secara formal, diikat oleh peraturan yang menjemukkan bagi kebanyakan
anak, pun tak perlu semenegangkan belajar Matematika di ruang kelas. Semua hal
dapat dikemas dalam bentuk yang berbeda. Jika jenis berita pada mojok bisa
dalam bentuk humor, mengapa sesi belajar tidak bisa dibuat lebih asyik dengan
kemasan permainan yang justru membuat anak-anak lebih gemar melakukannya bahkan
sepenuh hati melakukannya.
Semua
hal menjadi lebih nyaman dan dapat diterima dengan baik ketika, kita mampu
menyampaikan dengan cara yang tepat. Keseruan minggu ke-5 telah mampu membawa
kita pada beberapa nilai yang dapat ditransfer secara baik dan seru kepada
anak-anak. Trimakasih kepada Kak Firda yang telah membuat minggu ke-5 memiliki
cerita yang berbeda.
0 comments