Menata Kisah

September 28, 2021

 

 

dok pribadi/Astrid

            SIANG HARI suasana kota tampak cerah, terik mentari menyengat seisi tubuh ketika aktivitas tak lagi berjeda. Aku baru saja menyelesaikan urusan terkait beberapa hal setelah melewati sidang skripsi tanpa kehadiran pembimbing II. Atas nama mahasiswa tingkat akhir yang tak ingin ditelan mentah-mentah oleh drama, rupanya aku harus lebih tegar dan melahap drama tersebut terlebih dahulu.

            Ketika menatap arloji yang berada pada tangan kiri, rupanya aku tak mengalami keterlambatan akan agenda hari ini, aku menyelesaikan semua lebih awal. Tepat pada tanggal 14 September hari ini, seluruh anggota UKM Jurnalistik sepakat bahwa, kami akan melakukan evaluasi anggota, tepatnya di seberang pulau yakni, Maitara.

            Maitara yang mempunyai sejarah tersendiri atas UKM Jurnalistik, dimana kami para demisioner angkatan I melafazkan ikrar untuk mengemban amanah, pun sumpah setia atas nama UKM Jurnalistik yang kami cintai ini. Pada akhirnya, semua ikrar tersebut hanya akan dibuktikan oleh waktu.

            Dengan semangat juga cinta, dan prioritas, sejak semalam, aku telah mempersiapkan beberapa hal yang kelak dibutuhkan selama berada di sana nanti. Mulai dari pakaian, perlengkapan makan, mandi serta perlengkapan snorkeling yang hendak ku bawa untuk melihat keindahan ikan-ikan lucu yang gemar ku beri makan setiap melakukan selam permukaan laut ini. Tak lupa pula Pet yang ikut pada kegiatan ini. Diantara dua Pet si Nana dan Allegra, yang akan ikut ialah Nana, atas pertimbangan si Allegra sedang mengalami proses ganti kulit. Oh ya, bagi teman-teman yang telah membaca tulisanku tentang My Pet pasti mengetahui siapa si Nana ini. Nana merupakan kadal lidah biru, endemik Halmahera dan Allegra merupakan peliharaan kedua setelah Nana yang merupakan ular retik.

            ***

            Ketika tiba di indekos, proses pengemasan beberapa barang yang belum dilakukan, pun dengan segera ku lakukan. Setelah melakukan pengecekkan barang bawaan, aku pun kembali menatap jarum arloji yang terus maju, hingga akhirnya aku membawa barang bawaan menuju motor dan hendak mengendarainya ke tempat di mana kami hendak berkumpul untuk berangkat bersama ke Maitara. Ketika hendak mengendarai motor, seketika hujan pun turun perlahan, aku pun mengurungkan niat untuk menerobosnya, beberapa saat aku pun menunggu dengan tenang, berharap akan reda dan bisa segera pergi. Setelah hujan yang mulai mengalah dan reda, aku pun segera mengendarai motor, setelah beberapa saat menuju kea rah utara, tiba-tiba hujan pun turun dengan derasnya, aku pun panik dan langsung saja berbelok pada salah satu toko terdekat untuk berteduh.

            Tiga jam berlalu, akhirnya hujan pun menyisakkan rintik dan mulai mereda perlahan. Setelah menatap langit yang kian cerah, dengan segera aku pun berlalu dengan mengendarai motor serta barang bawaan yang sedikit menyulitkan.

***

            Dari kejauhan, aku melihat mereka telah berkerumun pada salah satu warung yang berada pada area pelabuhan penyeberangan ke Maitara. Tak menunggu lama, kami pun sepakat untuk segera menyebrang dengan perahu kayu yang siap mengantarkan kami ke Maitara.

            Berselang beberapa menit, Maitara telah terlihat di depan mata, keindahan pasir putih yang mendekap pesisir pantai menambah keindahan corak pulau mungil nan indah ini. Teman-teman pun tak sabar menginjakkan kaki di tanah yang penuh sejarah ini. Ketika, perahu telah mendekati dermaga dan lebih dekat hingga jembatan dermaga pun dapat di raih, kami pun melangkahkan kaki beranjak ke jembatan.

            Langkah kecil telah membawa kami menuju ke Villa yang dituju, dengan beberapa persiapan akan perlengkapan yang dibawa, kami pun langsung saja melakukan rapat awal menuju evaluasi, hingga akhirnya waktu sholat  maghrib tiba dan kami pun bubar untuk melaksanakan sholat.

*** 

            Ketika gelapnya malam memanggul lembut angin, menerobos segala penjuru Villa, mengusap lemut setiap kulit ari, atmosfir yang kian berubah, membuat kami akan terpanggil untuk menghangatkan tubuh dengan pakaian yang lebih tebal. Tak ubahnya keluarga, kami pun mempersiapkan makan malam bersama, dengan beberapa bahan makanan yang telah kami persiapkan sebelumnya.

            Ketika usai sholat maghrib, kami kembali melaksanakan rapat menuju evaluasi serta beberapa hal yang dirasa perlu untuk dibahas. Setelah usai melaksanakan evaluasi dengan mempertimbangkan waktu makan malam, kami pun melaksanakan makan malam secara bersama-sama.

            Jarum jam terus melaju ke kanan, semilir angin yang kerap berhembus dengan derasnya, deburan ombak memecahkan suasana keheningan yang menjemput keriuhan malam yang dipenuhi suara anak manusia di udara. Pada akhirnya, kami pun mencari posisi terbaik untuk terlelap dengan nyaman.

            ***

            Terik mentari mulai menampakkan sinarnya, menyelinap dibalik jendela, aku pun terbangun dan buru-buru menatap arloji, ternyata kini telah pukul ) 07:10 WIT, aroma asin air laut memenuhi bronkus hingga esofagus pun diagfragma, aku pun bergegas membersihkan tubuh dan meraih peralatan snorkeling yang terletak di meja ruang tamu. Ketika hendak menyelam ke permukaan, aku meraih botol air yang telah ku isi dengan kopi yang rasanya mengingatkan ku pada tempat-tempat persinggahan di kota Ternate.

            Meneguk kopi, memandangi laut dengan pancaran sinar matahari yang dipercaya baik untuk kulit, aroma laut yang memenuhi indra penciuman, semua terasa sempurna tanpa tapi. Aku yang terlena dengan laut yang terlihat begitu menyejukkan, tak lagi berlama-lama berada di pelataran Villa, langsung saja menuruni anak tangga dan berjalan beberapa meter menemui kedalaman yang dirasa cukup untuk mengamati ikan dan terumbu karang yang cantik.

            Pada bagian pantai yang terlalu jauh dari Villa, aku mengamati indahnya kehidupan bawah laut, ikan-ikan yang berhamburan dan memasuki terumbu karang tempatnya berlindung, ada yang keluar dari terumbu karang, dengan warna-warna yang begitu indah, tak terasa aku telah mengamati mereka selama dua jam, aku pun tersadar ketika di ajak seorang teman untuk melaksanakan sarapan, ah rupanya aku telah mengabaikan ajakannya beberapa kali sebelumnya.

            Setelah melakukan snorkeling, kami pun menuju salah satu warung makan yang tak jauh dari Villa kami, ketika tiba kami pun memesan makanan yang tersedia pada pagi itu, ternyata hanya indomie yang tersedia, dengan tawa yang memenuhi wajah kami akhirnya kami pun sepakat sarapan indomie. Rupanya selama ini ketika berada di pantai aku selalu menikmati indomie, hehe.

Dok pribadi/Ebi

            ***

            Menuju waktu makan siang, kami pun melakukan beberapa aktivitas yakni, mempresentasikan buku yang telah atau tengah di baca, seketika semua anggota kebagian waktu presentasi, termasuk diriku, aku yang memilih mempresentasikan buku dari Ayu Utami yakni “Si Parasit Lajang” kami pun tenggelam dalam suasana yang begitu mengikat rasa kekeluargaan diantara kita.

            Usai melaksanakan kegiatan diatas, kami pun mempersiapkan makan siang, dan sebagian dari kami berenang di sekitar pantai, aku pun melanjutkan melakukan snorkeling, mengamati aktivitas ikan-ikan kecil berwarna yang begitu cantik, membuatku ingin terus berada di sekitar mereka. Ketika tengah asyik mengamati aktivitas ikan-ikan kecil, aku pun dibuat kaget oleh kiriman sampah yang melewati permukaan laut sekitarku, beberapa sampah kecil dan dahan kayu menyelinap masuk dalam tubuh, sekujur tubuh pun terasa gatal, ahh damn, aku pun terus menggerutu dan dalam hati tengah sumpah serapah pada si penyampah yang mengirimkan sampah-sampah ini.

***  

            Ketika mentari tengah bergerak ke barat, langit pun dipenuhi kepulan awan hitam, pertanda sebentar lagi hujan akan tiba, kami pun berusaha mengemas barang bawaan dengan lebih gesit, mengingat langit yang tengah tak bersahabat.

            Banyak cerita yang tertinggal, peluk tawa pun air mata, semua terjadi atas nama cinta pun kesepakatan. Entah berapa lama usia UKM ini, harapan kami semoga tak lekang di makan zaman. Tempat-tempat persinggahan, akan menjadi saksi bisu bahwa kita pernah merangkai cerita saat bersama hingga, semua akan tersimpan dengan rapi pada kota yang disebut “kenangan” semoga kita adalah insan yang akan terus mengunjungi kota kenangan dan melangitkan harapan pada langit.

dok pribadi/Eka


You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts