Berkenalan dengan MICAN

September 12, 2021

 

 

dok pribadi/Maulana

            Ketika sang fajar mulai menyelinap dibalik jendela kamar, perlahan merambat dan menembus fentilasi kamar, aku pun tersadar, rupanya malam telah dijemput pagi dengan bahasa alam yang paling merdu, yakni kicauan burung dan semilir angin yang menerpa seisi bumi pagi ini. Setelah sepuluh menit membenahi suasana hati dan pikiran, aku pun bergegas merapikan tempat tidur dan bersiap menuju pantai Kastela, tempat biasa kelas Literasi di gelar.

            Sembari mempersiapkan segala sesuatu yang biasanya ku persiapkan untuk dibawa, rupanya lagu-lagu pilihan untuk di dengarkan pagi hari cukup baik untuk membangun mood, dimana segala sesuatu yang diawali dengan suasana hati yang baik pasti terlaksana dengan semestinya, terlebih setiap hari minggu merupakan saat yang dinanti, bertemu dengan anak-anak, belajar bersama, mendengarkan cerita dari narasumber yang berbeda-beda, sungguh bukan hanya anak-anak yang belajar tetapi, kami pun lebih banyak belajar, baik dari mereka, para narasumber pun alam sekitar yang hingga saat ini masih memberikan restunya.

            Sejak awal mengarahkan niat untuk bisa bergabung dan menjadi bagian dari kelas literasi ini, atau menjadi relawan ini, tak hanya sekedar niat untuk dapat menjadi bagian dari anak-anak pun para teman-teman relawan lainnya, sebab ada hal yang jauh lebih penting, yaitu menjaga konsistensi niat, perihal merawat memanglah lebih sulit daripada menemukan.

            Mengapa menjadi penantian setiap pekannya? Untuk bisa bertemu, belajar dan bermain bersama anak-anak yang sejak dulu ku yakini sebagai bukti terapi paling ampuh, ketika aku mengalami depresi atau tekanan dari kehidupan sosial atau keseharianku, yang kerap mencekik isi kepala ku. Hal ini telah lama ku lakukan, dan rupanya aku tak salah. Ketika memulai aktivitas dengan mereka, mencintai dan mengasihi mereka dengan sepenuh hati, ini bukanlah beban melain betah. Yah, aku selalu betah untuk berlama-lama berada di tengah mereka, menjaga kebersamaan, berbagi dengan sepenuh kasih, semua rasa bahagia dipeluk erat, yang awalnya hanya sebatas di pelupuk mata, kini semua dijalani dengan bertemu setiap minggunya. Hari minggu yang din anti.

***

            Hari ini, aku bertemu Kak Dea tak lama setelah kedatanganku ke Dodoku Dive Center, setelah tiba, dan hendak menuju ke tempat di mana penyimpanan buku dan serangkaian poster disimpan, aku pun melihat sosok si Cantik mungil, yah dia, si Nuril yang telah berada di teras depan rumah bersama Ibu dan Ayahnya. Ketika hendak memasuki ruang penyimpanan buku, aku pun mampir dan mengajak Nuril berjalan dan melihat perlengkapan kelas. Ketika merasa telah tiba waktunya untuk menggelar buku dan mempersiapkan gantungan poster.

            Aku bersama Kak Dea pun mendatangi tempat di mana kelas hendak di gelar, ketika tiba di lokasi, ternyata tempat tersebut sedang dibersihkan oleh Bang Jabrigh, yang merupakan bagian dari keluarga Dodoku Dive Center ini. Bang Jabrigh yang merupakan penghuni Dodoku ini tak hanya gemar tinggal di tempat sejuk nan indah ini, menjaga kebersihan sekitar halaman yang luas ini tak lekang dari giatnya membersihan pekarangan Dodoku setiap paginya.

dok pribadi/Maulana

            Setelah dirasa cukup bersih, kami pun diberi alas oleh Bang Jab, dengan tujuan melindungi buku dari pasir dan buku pun di gelar dengan khusyuk, hehe. Tak hanya aku  dan Kak Dea, Nuril pun turut serta ikut mengeluarkan buku dari box keluar. Setelah merasa cukup dan poster pun di gantungkan pada dahan pohon yang berada sekitar kelas.

            Ketika usai mempersiapkan kelas dengan segala kelengkapan yang menyertainya, kelas pun di mulai. Kami mengajak anak-anak untuk memilih buku yang hendak di baca, dan mereka pun membaca bebas, ada pun yang belum bisa membaca, akan kami bacakan smebari menjelaskan isi bacaan tersebut secara eksplisit. Tiga puluh menit berjalan, kejenuhan mulai menggerogoti isi kepala anak-anak, beberapa cara kami lakukan untuk mengembalikan perhatian mereka agar tetap berada di kelas.

            Usai kelas membaca dan belajar bersama, narasumber yang dinanti pun telah tiba, Kak Dedi namanya, ia seorang yang bekerja di pos Pengamatan Gunung Api Gamalama, dengan mengamati aktivitas Gunung Api setiap harinya, dengan bantuan seismograph dan kawanannya, beliau pun sangat berjasa dalam menyebar luaskan informasi terkini terkait Gunung Api berdasarkan tanda-tanda alam yang diamati setiap harinya.

            Pada kesempatan kali ini, Kak Dedi tak hanya bercerita tentang Gunung Api Gamalama tetapi, Kak Dedi juga membawa oleh-oleh untuk anak-anak, yaitu sticker MICAN. Nah MICAN ini belum banyak dikenali khalayak ramai. MICAN ini merupakan kepanjangan dari Mitigasi Bencana, dengan tampilan unik dan lucu, MICAN hadir dalam bentuk intrumen yang digunakan oleh Kak Dedi saat bercerita yang telah dikemas dalam bentuk Rivlet dan stiker. Menarik bukan? 

                                                     

                                                     

                                         


                                                            
                                                                            dok pribadi/Dea

            Kak Dedi pun menceritakan tentang MICAN ini, dengan ungkapan sederhana yang mampu di pahami anak, mereka pun mendengarkan dengan khidmat, suasana pun menjadi tenang dan terdengar suara Kak Dedi memenuhi separuh udara yang menghambur di tengah-tengah kami. Dengan bantuan gambar gunung api yang mulai di gambar oleh Pak Maulana ini, sembari Kak Dedi bercerita sungguh menarik, hal baru yang ditemukan hari ini, hehe.

            Tibalah sesi bertanya, membagikan stiker pada mereka mampu menjawab pertanyaan dari Kak Dedi, dan berujung pada akhir cerita dari Kak Dedi, stiker pun kerap di selesaikan dengan cara membagi rata pada setiap anak yang hadir, dengan tiga karakter yang sama namun, berbeda ekspresi wajahnya. Anak-anak pun riang gembira, meminta bagian stiker ketika belum kebagian, suasana di penuhi riuh dan gelak tawa anak-anak dan para relawan yang menghambur di udara, yang di saksikan oleh burung dan angin yang setia hadir setiap harinya.

***

            Ketika usai kelas hari ini, dengan dahaga yang tertahan di kerongkongan, beberapa teman kami pun membagikan air mineral kemasan dengan menyediakan tempat sampah guna menampung bekas kemasan air mineral. Anak-anak pun antusias membuang bekas kemasan ke dalam plastik sampah yang telah di sediakan.

            Dengan bantuan beberapa teman-teman relawan yang baru bergabung, kami pun membereskan buku-buku, melepas ikatan poster pada dahan pohon sekitar kelas, melipat terpal yang digunakan sebagai alas, serta mengangkat seluruh barang bawaan yang menyertai kami ke lokasi.

***

 

 

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts