Pengabdian Kepada Masyarakat: Edukasi Pelestarian Pusaka (Alam, Budaya & Saujana) untuk Anak di Kastela, Ternate

Agustus 29, 2021

 

dok pribadi/Maulana

                Pagi ini mentari mulai menampakkan sinarnya dengan malu-malu. Aku yang hendak bergegas ke Kastela, kembali memastikan bahwa sinar mentari yang tersembunyi di balik awan hitam ini takkan menuai hujan nanti. Dengan mempersiapkan beberapa barang bawaan wajib yang tak boleh dilupakan, seperti tumbler atau botol air minum, tisu,pulpen, buku saku, harmonika dan hand sanitizer. Setelah menyiapkan hal-hal yang hendak di bawa dengan sekali lagi mengeceknya, aku pun menutup pintu dan mengendarai sepeda motor ke arah kelurahan Kastela atau arah selatan dari indekos milik ku.

            Sepanjang perjalanan menuju ke Kastela, kebisingan kota mulai memenuhi isi telinga ku, perlahan sinar mentari menyentuh kulit ari, pemandangan kota pada pukul 07:20 WIT, dimana aktivitas di mulai, ketika anak-anak yang sedang libur sekolah memilih bermain, ketika para pedagang mulai menjajakan dagangannya, ketika para Ibu yang mengurus rumah tangga membersihkan pekarangan rumah, para Bapak yang membantu pekerjaan domestik dan sebagian orang memilih bersantai di hari minggu, mungkin segala aktivitas bersih-bersih akhir pekan telah dilakukan pada hari sabtu kemarin.

            Perjalanan yang tak terlalu lama itu mengantarkan ku pada tempat yang di tuju yakni, kelurahan Kastela, tepatnya di Dodoku Dive Center yang memiliki halaman yang begitu luas dan menyediakan ruang untuk kelas literasi kami di halaman tepi pantai. Tempat ini memiliki lokasi yang strategis, mulai dari posisinya yang berada di tengah-tengah tempat wisata pantai Kastela, dan menjadi pilihan bermain anak-anak pada akhir pekan ini.

            Ketika tiba di halaman Dodoku Dive Center ini, aku mulai melangkah sembari menatap sekelilingku melihat beberapa orang yang telah duduk santai menikmati semilir angin sayup-sayup yang menyejukkan di pagi hari. Ketika melewati sekawanan orang-orang yang membangun camp pada halaman ini, aku melihat sosok yang ku cari, ia benar saja itu pak Maulana.

            Kelas literasi yang digelar hari ini merupakan “Pengabdian Kepada Masyarakat: Edukasi Pelestarian Pusaka (Alam, Budaya & Saujana)  untuk Anak di Kastela, Ternate". Kegiatan ini di inisiasi oleh Bapak Maulana Ibrahim yang merupakan seorang Dosen Universitas Khairun Ternate.

Kegiatan ini telah di mulai sejak 22 Agustus 2021, dengan menghadirkan narasumber yang berbeda-beda setiap minggu nya, dan akan berlangsung hingga dua bulan kedepan. Adapun target yang hendak di wujudkan dari kelas ini ialah setelah dua bulan (setiap hari minggu), kegiatan ini akan dilanjutkan oleh anak muda warga Kastela sebagai tongkat estafet penyambung kelas literasi ini, demikian harapan dari kegiatan ini oleh Pak Maulana, sehingga pada minggu ke dua ini telah terlibat sebanyak dua pemuda warga Kastela ini.

                  Setelah bertemu dan saling menyapa, aku pun bergabung dan duduk di antara pak Maulana dan beberapa teman-teman yang melakukan camp di sini, tidak berselang lama, datanglah ibu Caca di tengah-tengah kami dengan membawa kertas karton yang telah di tempel beberapa gambar berwarna di genggamannya. Pak Maulana pun memperkenalkan ku dengan Ibu Caca sebagai narasumber pada minggu kedua, kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini. Pada hari ini, ibu Caca akan bertugas melakukan story telling setelah pak Maulana di Benteng Kastela, beliau merupakan seorang dosen Kehutanan & peneliti Burung, di Universitas Khairun Ternate.

            Setelah jarum jam menunjukkan pukul 08:23 WIT kami pun bergegas mempersiapkan barang-barang yang diperlukan untuk kegiatan nanti, sebelum memulai dan menunggu kedatangan anak-anak ini, kami memulai diskusi terkait persiapan dan seragkaian kegiatan mulai dari awal dan mengakhirinya. Setelah melakukan diskusi yang memakan waktu lama,  poster yang telah di persiapkan oleh Pak Maulana serta buku-buku yang di sediakan oleh  pihak NBCL (National Building Corner Library) pun segera di bawa ke lokasi yang kami sepakati yang berada di bawah rimbunnya pohon di tepi pantai. Poster pun mulai di gantung pada dahan-dahan pohon, terpal pun digelar beserta buku sambil menunggu kedatangan anak-anak.


dok pridi/Nia

    ***

            Setelah kurang lebih 30 menit, anak-anak pun diajak menjelajahi Benteng Kastela, dilanjutkan dengan Story Telling oleh Pak Maulana yang berisi tentang sejarah Benteng tersebut. History tentang kelurahan Kastela merupakan hal yang penting untuk di ketahui oleh anak-anak yang berdomisili pada kelurahan tersebut, sebagaimana sejarah kampung mereka sendiri yang menjadi hal wajib untuk diketahui. Mempelajari sejarah tentang hal yang berada di tengah-tengah kita dan menjadi identitas, merupakan salah satu cara menanggulangi krisis identitas yang telah dilakukan. 

                                                  

        

                                                 

                                                                   Jelajah Benteng Kastela


Jelajah Benteng Kastela, Story Telling oleh Pak Maulana


            Setelah berakhir menjelajahi Bentang, anak-anak pun diarahkan ke tempat pergelaran buku, yang berada di bawah pohon rimbun yang membuat suasana terlindungi dari terik matahari yang menyengat kulit. Setibanya anak-anak di tempat ini, mereka pun antusias memilih buku yang menarik menurut mereka, dengan warna dan gambar yang terlihat hidup mereka pun berebutan memilih buku-buku tersebut. Ibu Caca sebagai narasumber pada pekan ke dua ini memulai Story Telling tentang “Burung Cekakak” yang merupakan endemik Maluku Utara, yang bisa di jumpai pada pantai Kastela tempat mereka tinggal ini.

Story Telling oleh Ibu Caca

            Setelah Story Telling kedua berakhir, selanjutnya anak-anak akan membaca buku secara bebas dengan pilihan buku yang telah digenggam, pun beberapa anak yang belum dapat membaca buku, kami bantu membacakan sembari menjelaskannya dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti. Beberapa anak meminta dibacakan lagi beberapa buku kembali di raih dari dalam kotak buku yang masih terisi buku bergambar. Tidak hanya aku, pun ada Kak Dea seorang relawan juga yang hadir pada hari ini yang juga melakukan hal yang sama, membantu beberapa anak membaca dan menjelaskan sederhana kepada mereka.



dok pribadi/Maulana

Membaca buku bersama

            Terik matahari terus melaju dan posisi matahari kian berubah, menandakan bahwa hari telah siang, sebentar lagi adzan akan di kumandangkan sebagai tanda waktu sholat dzuhur telah tiba, beberapa anak yang telah menyelesaikan bacaan di beri air mineral kemasan oleh Pak Maulana dibantu Kak Dea, anak-anak pun berbondong-bondong meraih air tersebut dan membuat sampah dari kemasan air minum pada tempat sampah yang telah di sediakan untuk daur kembali.

            Aktivitas membaca pun selesai sebelum memasuki waktu sholat, beberapa anak antusias merapikan kembali buku-buku yang tadi di gelar, kemudian di susun dan di taruh ke dalam kota buku yang digunakan sebagai tempat penyimpanan buku setiap harinya. Setelah merapikan buku-buku tersebut, mereka bermain di tepi pantai dengan riuh ombak dan suara mereka yang tak kalah besarnya.

            Semilir angin, dentuman ombak, kicauan burung dan teriakan anak-anak, menjadi simfoni yang begitu melankonis, menenagkan. Hamparan pepohonan, hijaunya daun yang di sentuh terik matahari, mendekap hangat ruang bronkus secara perlahan. Mereka tak hanya sebatas anak kecil yang membutuhkan banyak hal yang tak di ketahui tetapi, kami juga bagian dari seorang pembelajar, yang banyak belajar dari mereka yang tak pernah di sadari oleh mereka.

            Tentang hal-hal yang di yakini ada di dalam setiap jiwa, memahami kebutuhan anak secara masif, belajar bukan hanya tentang membaca buku, pun mendengar, melihat dan ia akan melakukannya, sebagai bentuk ekspresi dari ingin mencoba hal-hal yang belum diketahui. Jadilah pribadi yang selalu menebarkan energy positif, menjadi role model  bagi anak-anak. Jika kita ingin mereka menjadi baik tanpa perlu banyak berucap, kita hanya perlu memediasi dan menjadi seperti apa yang kita ingin mereka lakukan. Sudahkah kita menjadi orang baik versi kita untuk mereka? Jika belum, marilah belajar, berbenah dan jadilah orang baik, jika kita ingin mereka menjadi baik.

            Teruslah mengajak dan berbagi, menumbuhkan minat baca, meningkatkan daya baca, bukan karena, kita semata tetapi, untuk mereka di masa depan. Indonesia terlalu banyak orang kuat yang bodoh, tugas kita bukan untuk men-judge tapi, untuk merangkul dan belajar bersama agar kelak mereka paham bahwa, mereka begitu berharga jika dapat berdaya dengan belajar dan membaca.

 

Ternate, 29 Agustus 2021

           

 

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts