Mengenali Stress Akibat Kerja

September 30, 2022


Hai teman-teman, hari ini aku memutuskan untuk kembali menulis, setelah sekian purnama, aku tenggelam dalam dunia kerja yang melibatkan emosi, menguras energi dan kepekaan nalar. Aku berusaha untuk memahami proses adaptasi yang mungkin jauh dari ekspektasi saat kuliah dan membaca teori-teori pengantar ke dunia kerja. Namun, niat dan mental yang telah terlatih mengantarkanku pada prinsip bahwa, aku bisa melewati semua adaptasi dengan lingkungan baru dan tempat kerja yang belum pernah ku selami sebelumnya. Karena, setelah mengikuti berbagai kegiatan semasa kuliah yang cukup padat, waktu tidur yang tersita, mengenal orang banyak, membangun kemistri dengan orang baru saat berlatih teater, menari, membaca puisi, berkolaborasi dalam kompetisi debat, aku yakin tidak semua orang mampu melakukannya, dan aku pun bertrimakasih untuk diri yang selama ini terus berusaha tanpa ada kata mundur ketika memilih maju. 

 

Ini agak sedikit tidak meng-enakkan, ketika aku yang mudah kepikiran dengan hal-hal kecil dan hingga kini belum bisa meminimalisir hal tersebut. Apakah ini cukup mengganggu dan menyulitkan? Yah, benar sekali, ini membuat ku harus melawan lebih dari biasanya, karena saat ini kejadian-kejadian serupa tak bisa di hindari, yang ada hanyalah bertambah, bahkan lebih banyak. 

 

Aku yang terbiasa hidup di kota, ini adalah sebuah perubahan lingkungan yang signifikan. Namun, aku mencoba melihat dengan sudut pandang yang lebih luas tentang hal ini. Semua pekerjaan memiliki konsekuensi, pun dengan pekerjaan yang ku pilih saat ini. Beberapa menit kosong sangat berharga untuk bisa beristirahat dan melakukan hal-hal yang di butuhkan, seperti mencuci baju, membereskan tempat tidur, mencuci piring dan lain-lain. 

 

Aku merasa kehilangan berbagai gairah untuk membaca buku-buku favorite dengan khidmat, aktivitas membaca yang semakin berkurang, perasaan yang semakin gusar, cemas dan terlebih emosi yang tidak stabil namun, masih bisa ku tahan atau menghindari kekesalan dengan mengumpat. Apakah ini adalah gejala-gejala stress kerja? Aku membaca beberapa literatur tentang gejala yang ku alami. Apapun jenis pekerjaan yang kita tekuni, stress akibat kerja pasti akan selalu ada, kita tak mungkin bisa menghindarinya, apalagi membunuhnya, yang dapat kita lakukan hanyalah bagaimana kita bisa mengidentifikasi dan memanage stress tersebut agar tidak memberi banyak dampak buruk untuk tubuh dan pikiran kita.

 

Mungkin hal-hal berikut pernah di alami teman-teman yang telah berkecimpung pada dunia kerja, ini merupakan gejala-gejala yang biasa terjadi dan bisa di deteksi oleh diri sendiri. Jika teman-teman merasa pernah mengalami hal ini, berarti kita berada pada keadaan yang sama.

 

Stres ini tidak hanya berlaku pada pekerja yang bekerja di kantor, ya. Para pekerja freelance juga rentan mengalami stres, bahkan umumnya tingkat stres pada pekerja freelance lebih tinggi.

 

Beragam Dampak Stres di Tempat Kerja       

Dalam jangka pendek, stres kerja dapat menyebabkan seseorang mengalami sakit kepala, sakit perut, nyeri dada, kelelahan, sakit kepala, mual, dan muntah.  Gejala jangka pendek ini sering menimpa ku, ketika gejala tersebut mulai bertandang, biasanya aku memilih banyak minum air dan tidur, hal tersebut pun membuat durasi tidur ku lebih lama, di bandingkan waktu sebelum di terpa stress jangka pendek. Dalam jangka panjang, stres berat di tempat kerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang lebih berat, seperti:

 

1. Migrain

Stres dapat menyebabkan otot menjadi tegang. Dalam jangka panjang, ketegangan otot dapat menyebabkan migrain dan nyeri kronis lainnya.

 

2. Tekanan darah tinggi

Saat stres, kadar hormon kortisol dalam tubuh akan mengalami peningkatan. Peningkatan kadar hormon kortisol tidak hanya dapat menyebabkan sakit kepala, tapi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi.

 

3. Diabetes

Dalam jangka panjang, stres yang tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit diabetes. Hal ini berkaitan dengan kenaikan kadar gula darah saat stres, baik karena pengaruh hormon stres maupun karena perubahan pola hidup akibat stres.

 

4. Depresi

Bila dibiarkan, stres berat di tempat kerja dapat mengganggu kesehatan mental. Kondisi inilah yang membuat Anda jadi lebih berisiko mengalami depresi. Stres berat atau lonjakan emosi yang ekstrem juga diketahui bisa menyebabkan sindrom patah hati, yaitu sebuah kelainan otot dan fungsi jantung yang ditandai dengan nyeri dada dan sesak napas.

 

Bagi teman-teman yang mungkin sering membaca resiko stress akibat kerja dengan jangka waktu panjang apakah pernah untuk mengidentifikasi sejauh mana stress yang kita alami? Ini adalah salah satu bentuk kepedulian kita akan diri sendiri, yang mana telah berjuang untuk berbagai keinginan kita, tapi kita kadang lupa mengapresiasi diri sendiri. Jangankan mengapresiasi, peduli dan memahami kebutuhan diri sendiri saja kita masih luput. Mungkin dari kita juga tidak pernah menyisihkan waktu untuk berkomunikasi dengan diri sendiri, dengan alasan tidak memiliki waktu. 

 

Yuk, peduli dengan diri kita, sudah terlalu banyak perjuangannya yang patut di beri apresiasi dan hadih terbaik dari kita. Sayangi diri kita yang selalu memahami keinginan dan ego kita. Berapa banyak perjuangan yang telah di lakukan tapi, kita masih menutup mata dan tidak peduli. Bahkan di waktu tubuh tidak sedang tidak baik-baik saja, kita masih terus memaksanya untuk melakukan pekerjaan secara maksimal, dengan harapan memperoleh hasil yang maksimal. Karena, kita yang selalu ingin melakukan hal dengan baik dan meraih pujian, atau kita yang selalu ingin memberi makan ego, tanpa peduli tubuh kita butuh waktu untuk memperoleh istirahat yang berkualitas.

 

 

 

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts