Mini Party Roller

Mei 10, 2022

 



            Pare- Malam ini langit nampaknya kelabu, berbeda dari biasanya, bintang tak kunjung hadir menghiasi langit, temaram lampu jalan menghiasi seisi tempat yang selalu membawa ku kembali untuk sebuah alasan. Beberapa waktu lalu, aku berjumpa seorang kakak sekaligus saudara dari tanah Maluku Utara, ia telah lama memilih berdomisili di sini, dengan alasan yang ia pilih, tetap berkarya dan terus merajut seni, menjadi bagian dari hidupnya. Atas alasan seni, dan kemanusian, jadilah ia seorang yang logis dalam memilih jalannya. 

***

            Beberapa hari sebelum menyambut hari Raya Idulfitri, Kak Andi mengirim pesan singkat yang menanyakan keberadaan ku, mengingat ia juga bagian dari penonton snap Instagram ku, tentu ia tahu bahwa, sejak akhir tahun lalu, aku telah ke tanah Jawa. Setelah kembali ke Pare, aku dan Kak Andi bersekapat untuk bertemu dan mendiskusikan tentang aktivitas kami di sini, bagaimana ia dan teman-teman lainnya yang juga dari kota Ternate memilih berkarya di sini. Sebelum bertemu, ia mengirimkan poster undangan ‘’Halal bihalal” Mini Party Roller, yang akan di meriahkan oleh ia bersama timnya atau yang di kenal dengan band untuk para musisi ini. 

            Di kota Ternate sendiri, aku bersama Kak Andi telah beberapa kali bertemu, dan berdiskusi, mulai dari hal-hal yang kami sukai, dan aktivitas sosial yang kami geluti. Ia adalah sosok Kakak dan teman diskusi yang sangat matang bagi ku. Kali ini kami bertemu di tanah rantau, sebagai sosok Kakak, tentunya ia akan berperan sebagai pelindung pun yang paling siaga atas bantuan yang ku perlukan, selama di sini. 

*** 

            Malam ini, rinai hujan mulai berjatuhan, ketika aku dan Kak Andi menyusuri jalanan Pare. Kami melaju ke sebuah café tertua ke dua di tempat ini, rintik hujan sedikit mengganggu penglihatanku, akibat singgahnya pada lensa kacamata yang ku kenakan. Tak beberapa lama, kami akhirnya tiba pada café Pride, tepatnya di salah satu ruko yang berjejer tak jauh dari taman Kilisuci. Teman-teman Kak Andi mulai berdatangan ke arah kami dan menyambut dengan hangat, kami pun berkenalan. 

            Aku yang jarang menemukan nuansa kedai kopi yang seperti ini, merasa bersyukur bisa datang di tempat ini, dunia ku telah lama di telan jarak, tempat seperti ini, rasanya hanya di Ternate yang dapat ku temukan, segenap dengan teman-teman nongkrong sebelumnya. Aku melihat Kak Andi bersama teman-temannya mulai mempersiapkan peralatan manggung mulai dari alat musik hingga perlengkapan sound lainnya. Aku pun menjumpai kasir dan memesan Americano, karena tak tersedia manual brew, aku pun tertarik memesan Americano hangat.

            Sesaat setelah meneguk kopi, Mini Party pun di mulai. Mini Party ini di di mediasi oleh sejumlah orang-orang yang terhimpun dalam komunitas Vespa. Aku sudah menduga akan menikmati setiap lagu yang di nyanyikan ole band Kak Andi ini. Benar saja, aku begitu menikmati setiap musik yang dimainkan, mulai dari suara Kak Wira yang keren menurut ku, pukulan drum dari tangan si Daeng Rangga yang begitu lihai, suara dan petikan gitar Kak Andi dan Kak Wira yang terkesan handal, semua menyatu dalam alunan irama yang menghanyutkan. Sebelum manggung, Kak Andi dan Jonathan telah menyiapkan kursi dan meja ku di depan pertunjukan mereka, alasan yang sederhana; agar aku dapat menyaksikan dengan jelas dan aku dapat menikmati kopi dengan khidmat seorang diri, mereka paham aku suka sendiri merapalkan mantra kala meneguk kopi, hehe. 



            Aku tipikal orang yang tidak suka keramaian, melihat banyak kerumunan orang yang banyak, hanya akan membuatku pusing dan ingin muntah. Kali ini, aku rasa adalah moment yang tepat, menikmati live musik yang begitu baik untuk terapi aliran darah, telah lama aku jauh dari kopi dan keadaan seperti ini. Aku mungkin duduk sendiri, namun bukan berarti aku benar-benar sendiri, pun sepi. Isi kepala ku terus ramai, dengan hal-hal yang masih belum selesai ku pertimbangkan. 



            Ketika beberapa lagu dengan aliran rege mengalir, aku menangkap sosok bocah kecil yang lucu, dengan postur yang sedikit berisi, kulit yang cerah, rambut lurus yang lebat, mengenakan kemeja hitam kotak-kotak, celana levis di lengkapi sendal ala orang dewasa, ia pun tenggelam dalam jogetannya yang membuat aku menahan tawa karena, lucu dan mirip laku orang dewasa. Aku pun segera merekam aksinya tersebut.

            Ketika live musik selesai, aku bersama Kak Andi dan teman-teman lainnya, masuk kembali ke dalam kedai, karena tadi pertunjukan berada di beranda kedai. Kami pun kembali menikmati kopi dan bercengkrama. Kak Andi bersama teman-teman lainnya mulai membereskan segala peralatan musik. Kak andi memberikan beberapa tas mungil yang cukup untuk tempat korek api, ia merajut sendiri, berbekal dengan jarum dan benang wol, ia seringkali membuat dengan ukuran yang berbeda. Aku pun meraih beberapa untuk di dokumentasikan. Karya seni memang selalu menghasilkan sesuatu yang memiliki nilai estetika dan memperhalus perasaan. Sama halnya seperti rajutan tas-tas yang di buat oleh tangan seorang lelaki, yang terlihat begitu lihai, rapi dan teliti pada setiap simetris warna dan baris yang di padukan, sebagai bentuk yang utuh dari rajutan itu sendiri. 


            Ketika selesai meneguk kopi, membereskan peralatan musi, kami pun berlalu menikmati jalanan kea rah kedai yang pernah di ceritakan oleh Kak Andi sebelumnya, Kedai Wara-wiri. Dahulu Kak Andi sering menceritakan pada ku melalui pesan singkat via Instagram, bahwa di sini banyak aktivitas produktif, mulai dari diskusi, bedah buku, bedah film dan semua hal yang berbau idealis, karena ia tahu aku gemar melakukan diskusi dan bergabung dalam ruang-ruang ilmiah, aku pun di ajaknya ke sini, untuk di perlihatkan pada ku tempat sederhana yang merawat idealisme dan kewarasan pemuda-pemudi yang memiliki kesadaran akan kebutuhan isi kepala.

 

Pare, 08 Mei 2022

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts