Menyapa Literasi Halteng
Oktober 08, 2021
Oktober ceria. Rabu 06 Oktober, terik mentari mulai mengintip dibalik tirai ruangan, aku yang tergugah seketika terkejut. Hah, hari telah pagi, rupanya alarm tak lagi berfungsi dengan baik, aku pun mencari keberadaan smartphone dan mengecek waktu. Aku berusaha dengan keras, mengumpulkan kepingan ingatan, hal apa sajakah yang hendak ku lakukan hari ini.
***
Aku pun mengemas dengan gesit barang bawaan ku menuju perut ransel. Setelah semua terlihat beres dan tak ada yang terlewatkan sesuai dengan list, kamar mandi adalah tujuan akhir untuk memulai hari. Mungkin durasi mandi harus lebih minim dari mandi sebelumnya namun, aku kerap banyak mengguyur tubuh dengan air yang terkesan dingin sekaligus sgear untuk tubuh. Mengingat aku yang mudah gerah dan suka mandi berulang kali ketika gerah, mengguyur air dengan berlebih pada tubuh adalah pilihan yang amat ku gemari.
Tanpa ku sadari, smarphone yang tergeletak begitu saja ternyata, menuai banyak panggilan, bukan saja dari seorang rekan namun, Pak Kadis Kearsipan dan Perpus pun turut memastikan aku telah bersiap-siap menanti jemputan untuk agenda “Safari Literasi” yang telah di agendakan tepat hari ini.
Setelah melalui drama saling
mengabari keberadaan dan kesiapan, antara aku dan sang rekan yang adalah ketua
Forum TBM Malut, melaju lah mobil putih dengan gesit ke arah dermaga untuk
menyebrang ke pulau panjang yakni, Halmahera Tengah. Perjalanan yang cukup
mengagumkan, membaca buku ditemani oleh musik pilihan yang baik untuk kepala di
pagi hari, berhubung kami cukup se-frekuensi, soal pilihan kopi dan musik cukup
membuat perjalanan menuju Sofifi tidak membosankan.
***
Ketika tiba di ibu kota provinsi Maluku Utara, Sofifi. Aku menangkap banyaknya pergelaran baliho sambutan untuk tamu STQ yang sebentar lagi akan dilaksanakan di tempat ini, berpuluh-puluh bendera yang berkibar dengan menggempita. Aku pun dibuat takjub dengan keindahan tempat ini yang yang penuhi dengan warna-warni bendera yang silau diterpa terik mentari, tak kalah meriah baliho yang berseliweran sepanjang jalan.
Tak memakan waktu lama, kami pun telah tiba di Dinas Kearsipan & Perpustakaan provinsi Maluku Utara, dari kejauhan aku melihat para kuli bangunan yang sedang gigih bekerja guna merenovasi bagian depan kantor, Pak Kabid yang menyambut kedatangan kami dengan senyum yang mengembang di wajahnya yang begitu ramah dan bercampur bahagia. Kami mendapati para pegawai yang telah bekerja dan menyapa kedatangan kami dengan ramah, di sela-sela pekerjaan mereka. Bang Cecep, begitu aku menyapa beliau sang rekan ketua Forum TBM Malut ini. Kami pun akhirnya memilih untuk makan siang terlebih dahulu untuk kembali lagi kesini, sembari menunggu Pak Kadis yang sedang menghadiri rapat pagi menjelang siang ini.
***
Pukul 15:30 WIT, kami pun mulai bergeser dari ibu kota provinsi. Dengan di ikuti oleh dua mobil perpustakaan keliling, kami ber-lima mentumpangi mobil milik Bang Cecep ini. Selain Bang Cecep dan aku, ada Pak Kadis yang semangatnya luar biasa melakukan safari ini, hal ini dapat tergambar dari suaranya yang riang dan garis senyumnya yang tak henti tergambar pada wajahnya, Pak Kabid yang masih setia mendampingi pak Kadis, dengan sikap loyal dan ramah serta kebaikan yang terpancar melalui ucapannya, semua terlihat begitu saling melengkapi, dan terakhir ada Kak Yudi yang merupakan seorang jurnalis dari TimesIndonesia yang setia mengawal aktivitas safari literasi ini.
Perjalanan terus melaju hingga ke desa Bale, yang memiliki taman baca yang cukup produktif dalam melaksanakan aktivitas bimbel (bimbingan belajar) dan aktivitas membaca buku. Kedatangan kami disambut hangat oleh sang penggerak sekaligus pendiri taman baca ini, yakni Pak Elsham yang merupakan seorang ayah dan suami dari perempuan Sukabumi. Berkat konfirmasi dari Bang Cecep, pak Elsham telah menanti kedatangan kami, tak luput dari suguhan berupa aneka buah dan kue yang hidangkan oleh sang istri yang penuh peluh namun, semangatnya tak luluh.
Taman Baca Masure, begitu namanya. Dengan semangat yang masif, Pak Elsham beserta sang istri mendirikan taman baca dengan penggunaan fasilitas seadanya. Taman baca ini bertempat di rumah dinas miliki sang istri yang merupakan guru. Dengan memanfaatkan ruang tamu sebagai tempat belajar atau bimbel serta tempat melatih membaca dan berhitung pada anak, bagian teras dijadikan tempat bermain anak serta aktivitas lainnya. Bimbel ini berlangsung dalam tiga waktu setiap pekannya. Hari Selasa, Rabu dan Kamis aktivitas bimbel kerap dilakukan sejak pukul 14:00-16:00 WIT.
Kunjungan ke Taman Baca ini menuai apresiasi serta saran yang membangun dari pak Kadis secara langsung, di sela-sela kesibukannya yang begitu terlihat namun, upaya safari kerap dilakukan demi tujuan yang mulai di benak beliau yang juga merupakan tujuan NKRI, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, seperti yang tertuang pada pembukaan UUD 1945, alinea ke-empat.
***
Perjalanan kami masih terus berlanjut hingga ke ibu kota kabupaten, Weda namanya. Saat tiba di Weda, kami memilih untuk beristirahat di salah satu hotel di ibu kota kabupen ini. Dengan peluh yang mulai bercucuran akibat perjalanan yang cukup jauh serta belum melakukan ritual pembersihan badan alias mandi, semua lelah dan peluh bercampur dengan baik.
Angin malam berhembus dengan syahdu, melewati celah berbagai tempat, menembus kulit ari, sejuk terasa, suara musik yang membius, rasanya aku ingin kembali pada pelukan bantal dan guling yang begitu menyejukkan. Namun, semua itu hanya mimpi belaka, yang takkan menjadi nyata untuk saat ini. Bang Cecep kembali mengagetkan aku, dengan penyampaian agenda malam hari setelah makan malam. Huft, rupanya mala mini ada kunjungan ke Perpustakaan desa yang mana Bang Cecep akan memenuhi undangan podcast di Perpus tersebut.
Setelah makan malam usai, mobil yang kami tumpangi melesat ke area desa Wedana, tepatnya di Perpustakaan Desa. Semua mata tertuju pada kami, ada pak Kadis Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Halteng yang juga turut menanti kedatangan kami. Tanpa ragu, dengan langkah tegap, pak Kadis diikuti oleh kami serta dua orang staf lainnya, memasuki area perpustakaan. Obrolan pun dimulai, para pengelola serta pak Kadis, mulai menjelaskan bagaimana proses perpustakaan ini dimulai hingga saat ini. Perbincangan terjadi lebih dari satu jam, beberapa orang telah mengalami ngantuk akibat kecapekan. Tak lama kemudian, kami pun di antar kembali ke hotel oleh Bang Cecep.
***
Mengingat aktivitas besok hari yang masih menjadi agenda penting, beberapa staf disertai pak Kabid telah memilih beristirahat terlebih dahulu namun, hal tersebut tak berlaku untuk diriku, pak Kadis, Bang Cecep dan Kak Yudi yang tengah asyik mengerjakan naskah berita. Aku pun merasa ini cukup menantang, dengan agenda besok yang harus dilaksanakan pagi hari. Huah, kita memang harus tetap tegar di saat badai mulai menerpa, terkadang ini bukan pilihan melainkan prioritas, yah mungkin inilah yang disebut dengan melakukan pekerjaan sepenuh hati.
Malam terus bergerak, hingga menjemput pagi, tak terasa perbincangan kami melaju hingga pukul 02:00 WIT. Setelah merasa cukup untuk harus beristirahat, aku pun menuruti permintaan tubuh ini, walaupun sempat meneguk kopi hitam, rasanya semua tak terasa dan terkalahkan oleh lelahnya tubuh akibat aktivitas yang panjang.
***
Kami telah berada di Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Halteng. Di sambut riuh oleh pak Kadis serta para
staf yang senantiasa melayani kami dengan baik, obrolan dan kunjungan kami
lakukan, tak lupa pula aku mengabadikan suasana ruang perpustakaan yang
berisikan buku-buku yang cukup mengagumkan. Rasanya ingin berlama-lama namun,
ini kemungkinan yang tidak mungkin di saat melakukan pekerjaan safari ini. Ayo
Nia, kembalikan ikhlasmu untuk berlama-lama dengan buku, kita akan pergi lagi,
huaaa.
Dinas Perpustakaan & Kearsipan Halteng
Perpustakaan Dinas Perpustakaan & Kearsipan
Foto bersama Pak Kadis Perpus Provinsi & Ibu Kades Wedana
Tak hanya di Perpustakaan Desa Wedana, saat
ini kami meneruskan perjalanan ke SMK N. 8 Halteng. Dengan diikuti oleh dua
mobil perpustakaan keliling, riuhnya kerumun anak-anak mendatangi mobil dengan
antusias, semua terasa begitu mengagumkan, melihat senyum di wajah para
pembelajar, Ahh aku sedang berada pada ruang healing.
***
Pada akhir kegiatan ini, kami
bersepakat untuk mengunjungi salah tempat wisata yang digemari oleh warga
sekitar yakni, Nusliko Park. Terik
mentari yang cukup membuat gerah, rasanya aku sedang berada pada puncak oven
yang entah kapan akan berakhir.
Ketika memasuki area parkir mobil, suasana terlihat gersang dan tak semenarik ekspektasi kami, tempat untuk disinggahi makan ku tak tersediah, ahh bagaimana bisa, di tengah mentari yang bernari-nari dengan hebatnya, dan kami harus menahan dagaha dengan tegar, rasanya kami sedang di prank oleh keadaan. Akhirnya, hanya aku dan Kak Yudi yang memilih turun dan melintasi jalanan yang tersedia untuk mengarungi area cottage, dengan peluh yang mulai bercucuran, kami mengabadikan momen, sebagai akhir perjalanan yang cukup mengesankan.
***
Kami menutup hari dengan musik yang
berasal dari pengeras suara milik Bang Cecep, dengan alunan yang memiliki ritme
sedang, rupanya ia tau beberapa koleksi lagu yang tepat untuk menemani kami
dikala travelling. Rasanya siang akan
melakukan perpisahan sebagai bentuk mencumbu malam dengan rona oranje yang begitu memikat. Semilir
angin kian membelai kami, dengan dentum suara mobil yang lebih cepat membelah
jalan lintas Halmahera, kami berada pada khayalan masing-masing. Kami pun seketika
tenggelam dalam pikiran masing-masing.
Beberapa saat kemudian, aku pun terbangun, kami masih berada pada perjalan menuju ke Sofifi, yang tak lama kemudian, kami telah memasuki area Dinas Kearsipan dan Perpustakaan. Langkah kami kembali kompak menuju pelatran kantor, dengan sedikit kantuk, aku mulai mencari colokan untuk mengisi daya samrtphone.
***
Perjalanan kembali ku lakukan dengan Bang Cecep, jalanan dipenuhi dengan rona oranje, angin malam pun momporak-porandakan kerudung yang ku kenakan, rupanya ini tak baik untuk kulit, aku pun menutup rapat kaca mobil. Senandung nyanyian kembali menggema dengan syahdu dari pengeras suara yang digunakan. Kami pun kembali tenggelam dalam pikiran masing-masing, hanya suara lagu dan angin yang saling beradu diantara pendengaran kami. Aku pun memilih terlelap ketika menyusuri perjalanan ini menuju ke Sidangoli dan akhirnya kembali ke Ternate.
Entah berapa banyak peluh yang berceceran di tanah Halmahera, perihal berbagi dan saling menyapa adalah hakikat manusia, memanusiakan manusia merupakan humanisme pencerahan seperti yang tuliskan Romo Mangun dalam karyanya, betapa sadarnya kita ditengah melihat aktivitas berbagi dan literasi merupakan wujud dari humanisme pencerahan.
Mari merayakan healing yang paling cinta, diantara kopi, aroma kertas yang telah
menjadi buku, dan riuhnya suara para anak-anak harapan bangsa. Mari menyapa
mereka yang membutuhkan, rangkulan terbaik datang dari Pak Kadis Kearsipan dan
Perpustakaan atau yang dikenal dengan Bapak Mulyadi Tutupoho terhadap Forum TBM
ini, merupakan suatu kolaborasi dalam menyapa yang hangat nan bersahaja.
0 comments