Sofia; Aku Ingin Jadi Polisi
September 12, 2021
Seperti
hari minggu sebelumnya, kini aku telah bersama keponakan ku menyusuri jalanan
dari tempat kami menuju ke Kastela, dimana perkumpulan anak-anak yang menjadi
sasaran kelas Literasi Pusaka dan Saujana berlangsung.
Kicauan
burung, udara pagi yang lembut ketika
menyentuh kulit pun melewati bronkus dengan amat menyejukkan, membuat
pagi begitu terasa sempurna, pun sinar fajar yang mulai menyinsing dari ufuk
Timur. Selain sinar mentari pagi yang tergolong mengandung vitamin D, aku amat
gemar berjemur dibawah terik ini, mengapa? Serasa bisa menetralkan pikiran dan
lebih tenang, biasanya aku melakukan meditasi ketika pagi hari seperti ini.
***
Hari
ini aku bersama keponakan ku tiba di pantai Kastela lebih awal, pengaruh
semangat dan rindu bertemu anak-anak, aku selalu mengingat bahwa waktu
berkumpul para relawan dan menggelar buku di sini tepat pada pukul 07:00 WIT
padahal, sudah beberapa kali pak Maulana mengingatkan ku tentang waktu ini,
kami harus menyesuaikan dengan jam bermain anak-anak pada pagi hari, yakni pada
pukul 09:00 WIT. Lagi-lagi, aku lupa.
Ketika
tiba di lokasi, aku pun bingung, tidak ada orang, hanya sisa hujan semalam yang
membasahi tanah dan daun-daun yang berguguran akibat angin semalam, beberapa
tempat basah sehingga kami tak dapat duduk pada sisi tempat duduk. Tempat
sekitar menyimpan cerita semalam, tanah yang mulai menguakkan bau khasnya mulai
menyelimuti indra penciuman kami, ah aku rindu rumah, di mana setiap pagi
sehabis huja, aku selalu berjalan di sekitar pekarangan rumah, menelisik setiap
garis genangan yang ditinggalkan cerita hujan semalam, masih adakah seperkas
ingatan tentang hujan yang melenakkan cerita malam yang menghambur pada
seantero kepala ku, rupanya aku berada pada waktu dimana, aku harus
mengumpulkan kepingan-kepingan kisah yang mulai terurai sepi dan di tarik oleh
ingatan.
Dua
puluh menit berlangsung, tampak Pak Dedi bersama Istrinya dan seorang anak
kecil mungil bak boneka Susan, tengah menghampiri kami, rupanya mereka
menikmati pagi dengan menyusuri jalanan sekitar Kastela bersama Nuril, putrid
mungil yang lebih mirip boneka saking lucunya. Kami pun saling bertukar kabar
pun cerita rencana hari ini. Bermain bersama Nuril dan berbincang-bincang
dengan ibu Nuril sembari menunggu kedatangan pak Maulana, Kak Dead an para
relawan lainnya, akhirnya tak terasa mereka telah tiba.
Pada
kesempatan kali ini, kami merubah sedikit mekanisme pembelajaran, berdasarkan
keadaan, tak bisa di pungkiri, akibat hujan dan pekerjaan saluran air yang
sedang dikerjakan, mengakibatkan jembatan penghubung tempat wisata pantai
Kastela menuju Dodoku terputus sehingga kebanyakan anak tidak datang lebih awal
seperti sebelumnya. Hal ini mengakibatkan, kami memulai kelas Literasi dengan
membaca buku dan belajar bersama
terlebih dahulu.
Ketika kelas Literasi di mulai, Sofia
dan Afa menyapa ku, dengan wajah ceria khas gaya berbicara masing-masing dari
mereka, Sofia menceritakan padaku perihal sekolah hingga pagi ini ketika, ia
hendak menemui kami pada kelas pagi ini, begitu pun dengan Afa, yang tak mau
kalah menceritakan keluh kesah dan rasa gembiranya ketika menemui kami pagi
ini, betapa aku merasa getaran kasih yang lebih ketika mereka memilih untuk
berbagi denganku yang baru ditemui beberapa pekan sebelumnya.
Sofia
ingin di bacakan kelanjutan cerita dari buku Kocha dan Kochi yang pernah ku
bacakan pada pekan sebelumnya, Afa pun meng-iyakan hal tersebut karena, gambar
berwarnanya yang menarik perhatian, rupanya bukan hanya Sofia, Afa pun menyukai
buku berseri ini. Ketika usai membacakan buku tersebut, mereka kembali meminta
ku membacakan komik sembari menjelaskan maksud gmbar-gambar yang terdapat pada
komik tersebut, dengan lihai aku pun menjelaskan secara eksplisit agar mudah di
mengerti lalu, tibalah pada pertanyaan tentang cita-cita yang diajukan oleh
komik tersebut, sontak kedua gadis kecil ini pun meneriakkan cita-citanya, aku
pun terkaget dan tak menyangka dengan semangat mereka. “Aku ingin jadi Polisi!” ucapnya tegas dengan senyum yang mengembang di pipi, “Afa mau
jadi Tentara!” dengan tatapan penuh keyakinan, mereka pun tersenyum bersama dan
memelukku.
Ketika
menatap retina mereka yang begitu teduh, memancarkan ketulusan pada setiap
kejadian yang dialami, aku pun bertanya mengapa mereka memilih menjadi Polisi
pun Tentara, tanpa ragu mereka pun mengatakan bahwa, mereka ingin menjadi
orang-orang yang tangguh, yang mana dapat melindungi diri sendiri dan orang
lain, aku tak menyangka betapa mulia tujuan cita-cita mereka. Tak semua orang
bisa menyadari keinginan mereka berdasarkan alasan-alasan mulia dibalik pilihan
tersebut.
Ketika
mendengar alasan mereka yang membuatku takjub, aku pun teringat kata seorang
teman, setiap orang, seburuk apa pun dia di mata manusia, pasti memiliki sisi
baik, semua orang itu baik, dan semua orang berpotensi menjadi jahat,
tergantung seperti apa dia menyikapi sisi negatif dalam dirinya.
Setelah beberapa saat, Kak Riswan yang bertugas bercerita tentang Terumbu Karang hari ini telah tiba, di mulai lah Story Telling, dengan instrumen yang cukup sederhana namun, menarik yaitu gambar berwarna yang kemudian di tempelkan pada kertas karton kemudian di bentangkan, tak kalah menakjubkan untuk menarik perhatian anak-anak ketika, menyimak cerita singkat dari Kak Riswan ini.
Ketika
anak-anak sedang mengamati dengan seksama cerita dari Kak Riswan ini, beberapa
anak yang tak sadar dengan posisi duduk yang lagi mungkin tak nyaman namun,
rasa takjubnya mentap sajian gambar yang menarik untuknya, mereka pun tak lagi
peduli susah apa posisi duduk yang tak nyaman jika mereka dapat menyadarinya.
Di
tengah riuh suara anak-anak yang memiliki beberapa pertanyaan yang diajukan
untuk Kak Riswan, ketika itu pula Burung Cekakak melintasi sekitar kami, dengan
suaranya yang khas, beberapa anak pun Pak Maulana yang mengikuti Story Telling dari Kak Caca pada minggu
lalu sontak bergembira karena dapat melihat dan mendengar suaranya.
Usai
Story Telling dari Kak Riswan, dilanjutkan cerita tentang Benteng Kastela, yang
sudah tentu wajib pada setiap minggunya, untuk di ceritakan dengan singkat
namun, kerap diulang dengan tujuan menanamkan sejarah ini pada isi kepala
anak-anak ini. Pak Maulana pun memulai Story
Telling dengan khidmat namun, tetap santai dan rileks, sebagaimana
bercerita pada anak-anak, kita harus menyelami gaya berkomunikasi mereka agar
mudah dipahami, tanpa harus memaksa dengan mengalah untuk menggunakan bahasa
yang mudah dimengerti itu lebih bernilai dan tak sia-sia.
Seperti
pekan sebelumnya, setelah mendengarkan cerita dari narasumber yang berbeda
setiap pekannya, dilanjutkan cerita oleh Pak Maulana, kami akan istrahat
bersama dan meneguk air mineral kemasan yang telah disediakan oleh Pak Maulana,
dengan edukasi peduli lingkungan, kami tak lupa menerapkan membuang sampah pada
satu tempat yang telah sediakan dengan di remas terlebih dahulu kemasan airnya.
0 comments