Derai April

April 01, 2022

image source: pinterest


APRIL- kali ini tidak ada yang lebih menyedihkan dari seorang perempuan dewasa yang menyambut bulan suci Ramadhan tanpa sanak saudara di tanah rantau. Pikiranku kian menyebrangi hamparan ingatan, membawa ku pada kenangan, dimana senyuman ibu terus merekah, padahal peluh terus mengalir pada dahinya. Ia yang gemar melakukan pekerjaan domestik hingga memasak aneka makanan dan kue yang begitu memukau, untuk kami kelak Ketika datang waktu berbuka puasa. Pelukan hangat yang tak ingin ku lepaskan di malam hari, ketika ibu lebih hangat dari selimut yang sering ku kenakan. Betapa semua hal itu hanya menjadi kenangan yang akan purba di dalam kepala. 

Kali ini bukan kali pertama aku menyambut bulan Ramadhan tanpa sanak saudara dan orang tua. Namun, entah mengapa kali ini rasanya berbeda. Setiap terbangun di pagi hari dan akan terlelap di malam hari, aku merasakan getaran yang berbeda. Semua bermuara pada rasa rindu yang tak dapat di bendung, Ketika bayangan ibu kian menari-nari di hadapan ku. Pesan dan telepon dari ibu menjadi notifikasi favorit yang takkan ku abaikan dengan mudah. Ibu meminta ku untuk menjalani ibadah puasa di tanah rantau ini, dengan maksud agar aku fokus dengan pengembangan diri di sini, pun aku dapat belajar secara masif ketika waktu libur tiba. Semua alasan tersebut ku terima dengan lapang dada, meski aku percaya ini takkan mudah, sungguh menyayat. Bukan hanya sekali, mungkin selama bulan Ramadhan, hingga Idul fitri tiba kelak, semoga Idul fitri kelak bersama keluarga di Tulungagung, di tana Jawa ini dapat mengobati nestapa yang kian membuncah. 

Ibu berpesan, agar aku menghabiskan waktu libur bersama sanak keluarga di Tulungagung, ada paman (saudara ibu) dan para sepupu yang selalu girang menanti kedatangan ku. Ini merupakan kali ketiga aku menjalani hari Raya Idul Fitra bersama saudara ibu, yang berbeda tempat. Mulai dari 2020 di kota Tobelo, bersama paman (adik kandung ibu), kemudian di kabupaten Halmahera Selatan tepatnya di kelurahan Tomori, bersama paman (saudara ibu) dan kali ini masih bersama saudara ibu yang berbeda di Tulungagung, Jawa Timur. 

Hal-hal gaib yang begitu ku rindukan, dari kalimat ibu yang mengandung pelipur lara, obat penenang paling ampuh, Bahasa cinta yang kian membuat ku terlepas dari lilitan keresahan pun kebimbangan yang sering kali menyergapku tanpa permisi. Tak banyak inginku, bersama ibu hingga akhir hayatnya, adalah cita-cita yang takkan pernah di gerus zaman. Mungkin bakti dan kisah ku bersama ayah takkan pernah ingin ku akhiri, pun dengan ibu. Namun, aku yang tak pernah tahu rahasia Tuhan, selalu menuai banyak ketakutan, akan kepergian ibu yang tak takkan pernah menuai kesiapanku sama halnya dengan ayah. Ini merupakan yang tak bisa ku tolak, namun sulit untuk ku terima seumur hidup. 

****

Ibu, perempuan yang begitu ku kagumi kecantikan dan lebat serta panjang rambutnya hingga mencapai betis mungil nan indah miliknya. Ibu begitu cekatan dan sungguh besar hati, menikah di usia belia, meninggalkan keluarga yang jauh lebih berkecukupan dan memilih menikahi ayah yang merupakan PNS (Pegawai Negri Sipil) pada tahun 1981 dengan laba yang tak seberapa dibandingkan materi yang data Siberian ole keluarganya.  Aku tak pernah membayangkan, ia menggadaikan masa depan dengan pernikahan yang tak pernah di tahu bagaimana akhirnya. 

Aku tak pandai dalam hal pengakuan. Entah berapa banyak rasa dan kekaguman yang tengah terkubur rapat, akibat rasa gengsi dan sugesti yang masif ku langgengkan di dalam kepala, bahwa aku takkan pernah menyatakan rasa kagum dengan mudah, pun termasuk banyak hal pada ibu. Hal ini berlangsung cukup lama, hingga akhirnya aku mulai membuka diri, untuk menyatakan rasa kagum akan banyak hal pada ibu. Biasanya aku melakukannya dengan menggunkan pesan singkat yang ku kirim pada ibu. Hal ini pun terjadi dengan orang lain, selain ibu. 

Jika kamu, adalah salah satu orang yang pernah ku kagumi, jangan pernah mengharapkan pengakuan lisan yang akan ku lakukan, sambal menatap mata mu, karena itu hal mustahil yang tak pernah terealisasi. Haha. Jangan berharap aku akan berubah, dinamika hidup begitu banyak yang telah merekontruksi isi kepala ku. Kamu, hanya partikel yang baru bertandang, jangan angkuh di hadapan bongkahan kisah yang telah menggandrungi hari-hari ku sejak lama. 

 

Pare, 01 April 2022

 

 

 

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts