Senyuman di Akhir Senin

Februari 28, 2022

 

 

dok pribadi/Vero

            Ketika kebahagian dari hati, yang di hadapkan dengan keadaan yang terlihat melelahkan, ini semua benar-benar bukan masalah serius yang perlu di tangisi. Dengan kehadiran ku di tengah-tengah mereka, membuat ku semakin yakin, akan kekuatan cinta yang menguatkan ku lebih dari apapun. Akhirnya, mereka pun menjadi bagian dari alasan mengapa aku harus tetap kuat di tengah keadaan yang terasa tidak menyenangkan.

            Semua orang memiliki alasan untuk bertahan, berjuang dan merasa akan baik-baik saja ketika di terpa badai dan luka namun, masih sanggup untuk tersenyum, demikian aku. Mereka yang membuat ku menjadi salah satu orang yang beruntung bisa membersamai mereka, di saat-saat yang begitu cinta bagi mereka.

***

            Hari ini langit sedikit lebih gelap, mendung rupanya sedang ingin mengubah warna terik yang semula terasa menyengat. Aku tak tahu mengapa, semangat kami melebihi terik, pun kesungguhan mendung yang hadir tanpa di minta. Aku dan Alivy terus melaju, dengan mengendarai sepeda, rupanya ini merupakan olahraga yang akan menjadi rutinitas pada 4 hari dalam seminggu. Jarak dari Asrama menuju ke RANSEBA lumayan terbilang jauh, jika di tempuh dengan menggunakan sepeda, apalagi berjalan kaki. Namun, semua itu telah kami sibakkan sejak awal menanamkan niat, menjadi relawan. Rela dalam keadaan apapun, begitu kami menyebutnya. Tanpa pamrih tentunya.

            Sore ini kami memutuskan untuk mampir ke salah satu swalayan untuk membeli kebutuhan untuk mengajar, setelah merasa cukup, kami pun melanjutkan perjalanan menuju RANSEBA. Aku dan Alivy mendapati anak-anak yang telah bersiap-siap untuk memulai kelas, dengan setelan baju yang terbilang rapi, setelah mandi, ransel yang di gunakan dilengkapi dengan buku serta pensil atau pulpen serta kebutuhan alat tulis lainnya. Seperti biasa sorak gembira ketika menyambut kedatangan kami mulai mengudara. Ahh, moment yang tak pernah dapat ku beli, dimana pun. Hanya di tempat ini, semua dapat berlangsung.

            Kali ini kami membawakan tema yang berbeda, sesuai permintaan anak-anak pada hari kemarin. Hari ini, kami belajar tentang perlengkapan sekolah, mengenalkan vocab yang sering digunakan ketika terbesit perlengkapan sekolah, yang sering di gunakan. Tentunya, kami tidak lupa untuk me-review hal-hal yang di pelajari kemarin. Zaki meminta untuk kembali menghafal vocab dengan lagu yang kemarin di nyanyikan bersama, di ikuti oleh teman-teman lainnya, mereka pun bersorak mulai bernyanyi bersama. Aku dan Alivy yang sempat tercenung pun akhirnya turut bernyanyi dengan gembira.





dok pribadi/Vero

            Kali ini kami kedatangan teman baru di kelas. Berberapa anak antuasias untuk bergabung pada kelas sore ini. Mereka mulai menuliskan vocab yang telah ku tuliskan di papan tulis. Dengan semangat, mereka meminta untuk di beri nilai, ketika telah menyelesaikan tulisan kosa kata yang sama, seperti ku tuliskan di papan tulis. Aku dan Alivy meng-iyakan dengan senyuman yang berujung tawa lepas. Mereka begitu bersemangat menyelesaikan kosa kata dengan keinginan penuh untuk bisa meraih nilai sebaik-baiknya.

            Ketika semua anak telah menyelesaikan tulisannya, kami pun lanjut membaca kosa kata bersama. Gemuruh warna suara pelafalan pun memenuhi ruang Musholah. Alivy mulai memandu dengan tingkah yang menyerupai anak-anak, mereka pun bersemangat, dan membaca kosa kata dengan lantang dan percaya diri. Sesekali aku dan Alivy memperhatikan anak-anak yang kesulitan melafalkan beberapa kosa kata yang terasa sulit untuk di ucapkan. Kami pun kembali membaca bersama. Dengan sedikit rasa malu-malu yang tersirat di wajah polos mereka, akhirnya mereka memutuskan untuk mengulangnya hingga terasa benar dan puas. Senyuman pun mengembang di pipi dan berujung mendekap penuh tubuh kami. Betapa ini adalah hal yang jarang ku temui di ruang lain.

            Pada sela-sela waktu mendekati berakhirnya kelas, masing-masing anak telah memperoleh nilai pada buku catatannya. Ketika akan mengakhiri kelas, Alivy mulai memimpin doa dengan khusyuk. Ketika kelas telah benar-benar berakhir. Mereka belum mau pulang, sebagian meminta kami untuk tetap tinggal dan bermain bersama mereka dengan rengekkan khas anak-anak yang tak mau di tinggalkan. Ah, mengapa ini menjadi kisah yang menggemaskan bila di ingat-ingat lagi. Aku terlalu lemah, jika di sapa rindu semacam ini.

            Kali ini, aku dan Alivy tak dapat menemani mereka mengahbiskan sisa waktu sebelum adzan maghrib menjemput. Hari ini aku harus mengikuti program camp yakni, kelas malam pukul 19:00 WIB. Kami pun akhirnya berpamitan, dengan mengungkapkan rasa sesal karena, tidak dapat menemani mereka menghabiskan sore. Rasal sesal dan kecewa mulai memenuhi raut wajah mereka, ketika kami saling berpadangan saat mereka kami saliman (mencium tangan). Mereka pun meminta untuk kami berjanji datang pada esok hari. Aku dan Alivy meng-iyakan dengan mantap. Mereka pun kembali tersenyum.



do pribadi/Vero


Pare, 28 Februari 2022

           

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts