Kali Pertama
Januari 11, 2022
Kediri, tempat dimana aku memilih
untuk berdomisili, setelah menjalani prosesi sebagai Mahasiswa selamat tiga
tahun sebelas bulan, lamanya. Untuk sampai pada hari ini, tentu banyak hal yang
kemudian menjadi pertimbanganku. Banyak yang bertanya-tanya, perihal “Mengapa
tidak melanjutkan studi saja dulu, kebetulan fresh graduation, dan juga menjadi sebuah keberuntungan menjadi
lulusan terbaik universitas”. Semual hal tersebut tidak linier untuk di
jelaskan secara eksplisit. Kemudian, apakah aku harus menjabarkan segala detail
pertimbangan yang telah ku uraikan dalam road
maps hidup ku? Tidak semudah itu yah, Bambang hehe.
***
Ketika kemarin pada tanggal 8,
dimana menjadi hari refleksi kelahiran ku kini, aku bersama seorang sahabat,
yang entah bagaimana untuk mendeskripsikan dirinya di mata ku, yang menuai
kedekatan layaknya saudara kandung, tapi kenyataannya, Tuhan mendatangkannya
hanya sebagai sahabat, yang pada beberapa sisi memiliki kesamaan frekuensi
pemikiran dengan ku.
Hari ini, adalah rencana yang
terjadi pada beberapa pekan lalu. Kami ingin mengunjungi ibu kota Jakarta pada
saat selesai program Basik bahasa Mandarin ku. Dan kini, yah kami melakukannya
tanpa menyibakkan beberapa hal lain.
Kami berjanji untuk bertemu pada
pukul 11 pagi, di Camp Institut Beijing Pare. Hari ini kami melakukannya dan
kami pun meluncur kea rah Kediri. Setelah tiba di Kediri kota, kami pun kembali
melaju ke arah stasiun kereta kota yang akan
mengantarkan kami ke Jakarta.
***
Perjalanan hari ini akan di tempuh
selama 13 jam lamanya. Hal ini mungkin akan terkesan membosankan jika ku
lakukan seorang diri. Namun, kali ini aku tak melakukan hal bodoh dengan
berpergian seorang diri. Aku masih bersama Iskar, seorang sahabat yang
se-frekuensi pada hal seperti ini. Ini akan menjadi pengalaman first time pergi dengan durasi terlama
yakni, 13 jam.
Ketika akan mendekati stasiun kota,
kami di sambut dengan hujan yang cukup membuat beberapa bagian tubuh ku di
guyur air yang turun tanpa permisi tersebut. Tapi hal itu tak menggugurkan niat
kami, sebagai anak yang berprinsip yah, sekali maju tetap maju. Mencoba hal-hal
baru merupakan kegemaran kami, hehe.
Beberapa syarat dan ketentuan
keberangkatan yakni, kami lakukan dengan husyuk. Dimana terdapat pendaftaran
identitas yang dilengkapi dengan rapid antigen, bagi penumpang dengan syarat
telah melakukan vaksin dosis ke-2. Bagian swab ini terasa agak sulit, dengan
memasukan alat yang di beri nama proses pengambilan sampel ini, begitu menukik
sinus hingga mengakibatkan derai air mata keluar tanpa di rencanakan, Ahh damn. Setelah di lakukan prosesi
pengambilan sampel, aku menatap wajah Iskar yang menertawai diriku tak karuan.
Huft, ia terus meledek ku, “Masa anak kesehatan di swab tidak kuat, wkwkwk” ini
bukan masalah anak kesehatan, ini masalah aku manusia normal, yang merasakan
hal yang normal ya, bukan di normalisasikan.
Setelah melakukan serangkaian rapid
antigen, kami pun menerima hasilnya dalam waktu 10 menit kemudian. Tak lama
kemudian waktu telah menunjukkan pukul 13:05 WIB, kami di minta agar memasuki
area ruang tunggu, menanti kedatangan kereta.
Beberapa saat kemudian kereta pun tiba, aku bersama Iskar melewati pintu paling ujung, bagian eksekutif 4. Sesuai dengan nomor kursi yang tertera. Setelah beberapa saat berada di dalam kereta, kami pun melaju dengan kecepatan pelahan yang beralih pada kecepatan rata-rata kereta pada umumnya. Beberapa lagu yang berada pada playlist telah menemani perjalanan kami. Mengingat perjalanan ini adalah kali pertama aku menempuh dengan rekor paling lama, aku pun mencoba untuk memaknai setiap waktu yang berlalu, apa sebenarnya yang ku butuhkan pada keadaan demikian. Beberapa buku telah ku siapkan, pun modul bahasa Mandarin yang tengah ku pelajari, makanan ringan, pun tak terlupakan inpods 12.
Ketika menit pertama kereta melaju,
aku hendak mengabadikan perjalanan ini dalam bentuk gambar yang telah ku
gunakan pada saat menulis. Si Iskar, mulai merekam perjalanan kami pada smartphone miliknya, entah telah
beberapa gambar hasil jepretannya yang tengah memenuhi sebagian isi gallery smartphone-nya.
Kami mulai bercengkrama dan mulai
melambat pada jam ke-6. Setelah itu, kami pun mulai sibuk dengan rasa kantuk
masing-masing, aku memilih untuk membaca isi novel yang tengah ku baca, sebagai
pengantar tidur yang paling enak versi ku. Selain tak membuat mimpi buruk, hal
ini paling baik sebagai terapi pengantar tidur.
Jarak perjalanan ini tengah ku
pikirkan jauh sebelumnya. Aku memilih buku dan inpods 12 sebagai teman se-frekuensi yang dapat melebur rasa bosan
ketika lama jarak mulai bertandang. Aku pun mulai membaca lembar demi lembar
yang sekiranya bergerak maju, dan aku pun memahami maksud penulis dengan
memberi judul “Jawaban” pada novel dengan sampul yang terlihat estetik ini.
Pada jam ke-7 aku semakin di hantui
rasa dingin, selimut yang ku kenakan tak lagi sehangat awal. Dan ahh, shit kaki ku terasa begitu pegal dan
mengganggu tidur ku akibat posisi yang tidak baik (karena dalam keadaan duduk).
Nyenyak atau tidaknya tidur ku tergantung posisi kaki. Hal ini terbukti sejak
aku duduk di bangku TK 2005 silam. Itulah kenapa selimut dan bantal guling
selalu menjadi penentu kualitas tidur ku.
***
Aku terbangun pada pukul 21:39 WIB,
aku menatap sekeliling ku, semua orang terlelap dengan sempurna, pun Iskar yang
terlihat begitu pulas tidurnya. Aku kembali meraih ponsel, membaca beberapa
sajian berita dari beberapa platform. Ketika merasa cukup menatap layar ponsel.
Iskar terbangun dan menanyakan “pukul berapa sekarang?” ia berharap saat ini
tengah pukul 00:02 WIB, aku pun menghela nafas panjang dan menyatakan harapan
yang sama. Waktu terasa begitu lambat berjalan.
Jika kembali menelisik diri ku dalam
hal seperti ini, rupanya sangat sulit untuk menuai persetujuan berpergian
dengan durasi yang begitu lama, aku pun akhirnya setuju atas pertimbangan
selalu ada hal yang dapat di lakukan semasa perjalanan berlangsung, seperti
berbincang dengan teman, membaca buku, mendengar musik dan menonton opini di
youtube seperti biasa yang ku lakukan jika merasa waktu kosong telah tiba.
Hal-hal yang tidak sesuai dengan
keinginan kita, bukan berarti hal tersebut tidak baik, hanya saja kita perlu
lebih bijak dan dapat memodifikasi keadaan gara terkesan tak membosankan dan
memicu pikiran yang tak baik tentang hal tersebut. Tidak hanya masalah menunggu
dengan durasi yang sangat lama dan cenderung membosankan ini, beberapa hal
lainnya yang menurut ku tak mengenakkan atau dapat memicu rasa bosan, aku
selalu berusaha untuk melihat dengan sudut pandang yang lebih luas, seperti apa
kira-kira jika di sisipkan dengan hal menarik yang memungkinkan untuk
dilakukan.
Ketika waktu menunjukkan pukul 23:00
WIB, rupanya posisi posisi kaki yang kurang nyaman ini menyebabkan aku tidak
dapat melanjutkan tidur ku. Aku pun mulai kembali membaca novel sambil
mendengar lagu-lagu yang telah berada pada playlist. Beberapa panggilan masuk
mulai memenuhi beranda smartphone ku,
ternyata panggilan yang berasal dari beberapa teman yang jauh di seberang pulau
yang jauh, mereka melihat beberapa saat lalu sosial media ku aktif sehingga
merasa perlu untuk menyapa ku.
Tak terasa, kami pun telah berada
pada pukul 01:20 WIB, Iskar mulai sibuk menyiapkan diri untuk menyambut ibu
kota negara tercintanya, hehe. Aku pun merapikan buku dan isi totebag yang
berisi buku, serangkaian keperluan make up, harmonika dan makanan ringan.
Ransel mulai kami turunkan dari kabin bagian atas. Iskar yang mula-mula masih
terlihat kantuk dengan tidur yang terjeda oleh waktu kedatangan kami, ia pun
akhirnya berusaha untuk menghilangkan rasa kantuk dan mulai fokus untuk
bersiap-siap menyambut stasiun pasar senen.
***
Perjalanan ini, merupakan sebuah
perjalanan langka, yang memerlukan banyak pertimbangan, di rencanakan sejak
jauh-jauh hari dan kami merasa bahwa, sejak awal menjadi sahabat, memiliki
kerukunan yang baik dalam hal persahabatan, untuk persoalan seperti ini kami
memang se-frekuensi dalam menyikapinya. Iskar juga merupakan sahabat setelah
Adit yang jika di ajak untuk melakukan perjalanan, pasti selalu setuju dan
selalu membangun suasana humor yang membuatku selalu betah untuk terus
melanjutkan hidup dengan cara bersahabat dengan mereka, pun selain berbeda
jenis kelamin, kedua sahabat ku ini jauh lebih baik dalam hal berkawan, alias no drama pun berkhianat itulah sebabnya
aku masih memilih untuk tetap menjalin persahabatan yang tergolong simbiosis
mutualisme.
Sejarah perjalanan selama kuliah,
aku menemui banyak orang pada banyak kesempatan, mulai dari kelas, organisasi,
komunitas, ruang-ruang diskusi, menjadi relawan dan kegiatan sosial lainnya.
Tapi, tak semua orang yang ku jumpai menuai keakraban dan intensitas komunikasi
yang memberi atmosfir yang sama seperti kedua sahabatku ini. Hal ini bukan
berarti aku tidak akrab dengan teman sekelas, teman organisasi dan komunitas.
Tapi lebih tepatnya kami merasa saling membutuhkan satu sama lain, tidak hanya
karena, berada pada kota yang sama, tapi karena, kami merasa butuh untuk tetap
berkomunikasi.
Usia persahabatan yang tergolong
cukup lama, sejak menjadi mahasiswa baru di Universitas Muhammadiyah Maluku
Utara, kami selalu memanjatkan doa yang sama, semoga kami terus menjalin
komunikasi yang baik, tak saling melupakan satu sama lain, ketika kami di
gandrungi oleh dunia pekerjaan.
Aku merasa Tuhan selalu baik pada
ku, mengirim orang terkasih selain keluarga yang hangat, ada juga sahabat yang
hangat kasihnya, bahkan tanpa pamrih. Trimakasih untuk kalian berdua, tak ada
yang lebih menenangkan dari pershaabatan
yang begitu saling menjaga dan terus salaing menjaga.
Jakarta, 10 Januari
2022
1 comments
The Casino and Hotel - Mapyro
BalasHapusFind the Casino and Hotel, 정읍 출장마사지 Las Vegas, Nevada, United States of 김천 출장샵 America, 충청북도 출장안마 only 30 minutes from McCarran International Airport. 청주 출장안마 Map and Directions. 전주 출장샵