Merawat Ketenangan Tanpa Batas

Oktober 10, 2021

 

dok pribadi/Maulana

Selamat Pagi kota yang indah, nan penuh cinta. Kali ini pada minggu ke-8, aku terbangun lebih awal, entah mengapa semalam tidur ku lebih cepat dari biasanya. Mimpi yang menentramkan di malam minggu. Ahh, sempurna pagi ku.

Seduhan kopi di pagi hari, masih terasa hangat di terpa angin di musim panas, seperti pelukan di akhir pekan. Kopi dan pelukan, sama-sama memberi kehangatan dan menenangkan. Tak perlu morfin, jika kafein saja telah cukup memacu dopamin.

Air di pagi ini lebih menyegarkan, mandi pada pukul 06:30 WIT, benar-benar menenangkan. Haha, kali ini memang tentang jiwa yang tenang, bukan senang. Derasnya guyuran air yang menerpa kulit, terasa sejuk bagai embun di pagi hari yang masih malu-malu di sapa mentari. Terus saja ku lanjutkan aktivitas pagi hari, dengan sedikit sarapan, kopi yang tak ingin ku biarkan dingin, ku teguk dengan tenang, melaju menuju lambung lalu, aku pun tenggelam dalam sensasi dopamin yang mulai meradang. Pilihan terbaik memulai hari, hanya kopi, haha.

***

Jalanan kota belumlah sepenuhnya ramai, mengingat saat ini masih pukul 07:25 WIT, hanya sekumpulan anak-anak remaja yang melakukan aktivitas berjalan pagi selebihnya, para orang dewasa yang bersepeda dan beberapa orang tua yang memenuhi kebutuhan di pagi hari.

Aroma laut masih menjadi pemenang dalam memenjarakan indra penciuman di pesisir pantai. Warna-warni kota dengan penjual jajanan di pagi hari masih memenuhi isi kepala ini, tanpa banyak bertanya yang manakah yang hendak ku sambangi, aku pun menepi pada seorang panjual jajanan khas Maluku Utara, beberapa aneka kue menjadi pilihan.

Perjalanan masih terus ku lanjutkan hingga memasuki area pantai Kastela. Seperti biasa, aku menuju pintu utama lantai satu gedung Dodoku Dive Center, di sinilah tempat penyimpanan aneka buku, poster dan perlengkapan yang biasanya kami gunakan untuk menggelar buku-buku pada kelas literasi di pesisir pantai Kastela ini.

Berkawan dengan sepi, celoteh burung, dekapan angin laut pun aroma laut, aku mulai mengangkut buku-buku serta poster ke tempat kelas di gelar. Disana ku dapat sisa gelak tawa, dan raut ceria milik anak-anak, yang tersisa dari pekan kemarin. Dengan hati yang mulai meresapi lembutnya dekapan angin, serta asinnya aroma laut yang kemudia terus bergelora, aku pun terus melaksanakan aktivitas dengan tenang. Ketika aku sedang memajang poster-poster, aku pun kaget oleh kedatangan sosok yang taka sing bagi ku, Bang Jabrigh ah, beliau mengagetkan ku, ia pun tersenyum sembari membantu ku mamasang poster dan bersemangat.

***

Ketika hendak menggelar buku, mata ku menangkap dua sosok anak kecil yang ku kenal, ahh Dani dan Iin. Ketika mereka melihat ku menggelar buku, langsung saja mereka menuju ke arahku dan membantu menggelar buku-buku, pun memulai aktivitas membaca. Ketika mereka mulai memilih buku, dan saling berdiskusi dengan gambar yang disajikan oleh buku tersebut, mereka tampak riang gembira, mungkin gambar-gambar tersebut terlihat cantik dan menawan di pandangan mereka.


dok pribadi/Nia

Aku mulai menemani kedua anak ini belajar, mereka memintaku membacakan beberapa kisah tentang ikan dan terumbu karang. Dari kejauhan, aku melihat kehadiran Winda yang berjalan menuju kea rah kami, setelah menerima telepon darinya 10 menit yang lalu. Tanpa keraguan, Winda yang merupakan salah satu junior di kampus ku, langsung saja bergabung bersama ku, Dani dan Iin. Kami pun melanjutkan aktivitas membaca dan mewarnai gambar.  Mentari terus mengintip dari balik rimbunnya pepohonan di pesisir ini. Ketika tengah asyik belajar bersama, aku kembali menangkap sosok lelaki yang tak asing di tempat ini yakni, Sahrul. Selain aktif dan giat belajar dan bermain dengan anak-anak, Sahrul merupakan salah satu yang tergolong mudah akrab dengan anak-anak. Semoga tetap istiqomah menjalani aktivitas produktif ya, Sahrul hehe.

Tak berselang lama, sejak kedatangan Sahrul, disusul oleh kedatangan sang guru kami yah, Pak Maulana, beliau datang dari arah yang berbeda dari biasanya, kami pun saling bertukar senyum hangat di pagi yang dingin namun, telah dibentur oleh terik pagi yang hangat. Tak lupa Pak Maulana membawa persediaan air mineral seperti biasa untuk mengobati dahaga anak-anak usai kelas ini.



                                                                dok pribadi/Maulana

Seketika beberapa anak telah hadir,  riuhnya aneka suara yang terbang ke udara, lalu merambat pada gelombang angin yang meraup dan sampai pada telinga yang dapat menjangkau. Beberapa anak memilih untuk membaca buku, sebagian menggambar ikan nemo dan beberapa gambar lainnya yang dapat dilihat pada buku yang tersedia.

Dari kejauhan, aku melihat sosok Pak Maulana yang menghampiri kami, membantu beberapa anak yang ingin menggambar namun, butuh bantuan, kemudian mereka pun berpindah ke sisi bibir pantai, dengan menghadap ke arah hamparan laut yang meluas, menikmati terpaan angin, memulai menggambar apapun yang di lihat, Ahh ini pemandangan yang luar biasa. Hanya Pak Maulana yang dapat menciptakan suasana ini.


dok pribadi/Maulana

Beberapa anak yang mulai jenuh membaca dan menggambar, memilih untuk mulai bermain ular tangga, mereka pun menggelar banner seperti biasanya, saling antri dan mulai bermain, dengan keseruan tersebut, mereka pun tenggelam dalam suasana, suara yang menggema dan gelak tawa yang tak tertahankan.

dok pribadi/Maulana

Dari kejauhan, aku melihat Kak Iin yang mulai memasuki area Dodoku, anak-anak menyambut kedatangannya, dengan diringi oleh penagihan janji hadiah dari Kak Iin, ini memang suasana yang di tunggu oleh anak-anak ini, yang ditunggu akhirnya datang juga.

***

Terik mentari terus meninggi, pertanda hari telah memasuki siang, jarum jam terus melaju ke kanan, anak-anak terus memacu semangat, riang gembira bermain pun berlari, saling mengejar dan sebagian kerap menggambar segala hal yang berusaha ingin di deskripsikan melalui gambar. Senyum bahagia terus tergambar pada wajah-wajah tanpa beban pikiran yang masif. Merekalah anak-anak yang disematkan label pada berbagai wacana petinggi negara sebagai generasi harapan bangsa, di titipkan masa depan bangsa ini pada mereka, yang muda, yang belajar, yang kelak mau mendedikasikan diri untuk negri.

Kami terus menyelami kedalaman hati para anak-anak, terus berbagi tanpa tapi, memberi tanpa pamrih dan berkawan dengan mereka, mungkin ini butuh pendekatan yang berbeda dengan kawan sebaya kami tetapi, dari sinilah kami banyak belajar, terutama tentang perbedaan. Tidak semua orang harus dilakukan pendekatan yang sama karena, semua orang berbeda, mereka unik dengan perbedaan yang dimiliki, pun anak-anak, tidak semua anak memiliki kebutuhan yang sama, oleh karena itu, marilah saling belajar, terutama belajar untuk saling memahami.

 

Minggu, 10 Oktober 2021

           

You Might Also Like

0 comments

Google+

Like us on Facebook

Popular Posts